Latest News

Tampilkan postingan dengan label KISAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KISAH. Tampilkan semua postingan

Mudah Lelah, Ini 5 Faktor Penyebabnya!

Hai Sobat, terkadang kita merasa sangat lelah dalam kegiatan sehari-hari, walau hal ini umum dialami semua orang, tetapi terkadang hal ini mengganggu kinerja kalian. Terlebih para remaja, dewasa, dan orang tua sering mengatakan merasa lelah atau mengantuk saat melakukan kegiatannya. 

Kelelahan sendiri adalah gejala umum yang disebabkan oleh beberapa kondisi atau penyakit serius. Namun, dari banyaknya kasus menunjukkan hal tersebut disebabkan oleh faktor gaya hidup yang sepele. Namun, jika dibiarkan akan mempengaruhi kehidupan kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Berikut 5 faktor penyebab mudah merasa lelah:

1. Menjalani gaya hidup mager

Gaya hidup sendentary atau lebih dikenal dengan mager (males gerak) sering dialami oleh semua kalangan, mereka mengatakan terlalu lelah untuk berolahraga. Kenyataannya tidak aktif bisa menjadi penyebab rendahnya energi kita. Sebuah penelitian menunjukkan jika berolahraga bisa mengurangi kelelahan pada orang sehat dan penderita penyakit. Nah, jika kita menerapkan gaya hidup aktif bisa membantu meningkatkan energi dan lebih sehat.

Baca juga:  5 Cara Efektif Mengatasi Jenuh Saat Bekerja

2. Mengkonsumsi terlalu banyak karbohidrat halus

Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting untuk tubuh, saat memakannya tubuh kan memecahnya menjadi gula, lalu digunakan untuk bahan bakar. Namun, jika kita mengkonsumsi terlalu banyak karbohidrat malah menyebabkan tubuh merasa lelah sepanjang hari. Hal itu dikarenakan kelebihan karbohidrat yang menyebabkan kadar gula naik dan membuat kita merasa lelah.

3. Minum minuman energi

Beberapa orang lebih memilih meminum minuman berenergi untuk mendapatkan tambahan energi dalam melakukan kegiatan. Minuman energi yang sering dikonsumsi seperti kafein, vitamin B dosis besar, gula, rempah, dan asam amino. Minuman ini memang memberikan tambahan energi karena kandungan kafein dan gula di dalamnya tinggi. Tetapi, itu hanya berguna sementara, minuman ini akan cenderung membuat kita lelah lagi setelah efek kafein dan gulanya hilang. 

4. Kualitas tidur yang buruk

Baca juga: Enjoy di Nine Cafe and Pool Bar di Malang

Di saat tertidur, tubuh akan melakukan banyak hal untuk mengembalikan kebugaran tubuh. Salah satunya menyimpan memori dan melepaskan hormon yang mengatur metabolisme serta tingkat energi. Jika, kualitas tidur kita tinggi, maka tubuh akan merasa segar, siap siaga, dan berenergi saat bangun. Nah, untuk mendapatkan kualitas tidur yang tinggi, kita bisa membiasakan diri untuk tidur di waktu yang tepat dan teratur setiap malamnya. Serta bisa melakukannya dengan membuat tubuh rileks sebelu tidur dan melakukan kegiatan di siang hari.

5. Tingkat stres tinggi

Seringkali karena berbagai masalah dalam hidup, seperti masalah di kantor dengan teman kerja, di rumah dengan keluarga, atau yang lainnya menimbulkan tekanan psikis tersendiri untuk kita. Bahkan, masalah yang besar bisa membuat kita terus memikirkannya dan mengalami stres. Gejala stres kronis akan memberikan efek besar pada energi dan kualitas hidup, selain itu respons terhadap stres bisa mempengaruhi seberapa lelahnya tubuh kita. Hal yang bisa dilakukan saat hal ini terjadi, adalah mempraktikkan teknik pengurangan stres seperti yoga dan meditasi.


Kenangan Buku Kegiatan Ramadan Waktu Kecil





Bulan Ramadan memang menjadi bulan yang pasling dinanti oleh semua umat islam. Tidak terkecuali juga si kecil. Ketika mau memasuki bulan Ramadan banyak anak kecil yang gembira. Namun, mungkin juga ada yang sedih. Gembiranya karena apa sih? Yah saya sendiri jadi ingat masa kecil nih saat bulan Ramadan. Biasanya tuh kalau saat kecil ada aja yang dilakukan yang bisa membuat bahagia dan tertawa bersama. Kalau sedihnya mungkin karena nahan lapar alias puasa :D. 


Kamu sendiri pasti pernah kan datang salat tarawih. Eh, datangnya dibelakang sendiri kumpul sama teman habis itu ngobrol. Tahu-tahu sudah pulang. Tak jarang juga saya berpikir kok cepet amat ya teawihnya. Setelah saya dewasa saya baru sadar itu bukan karena tarawihnya yang cepat selesai, tapi karena keasyikan ngobrol sama teman :D. Kamu pasti juga pernah kan?





Nah, kalau salat terawihnya sudah selesai langsung buru-buru datang ke imam salat tarawih dan minta tanda tangan di buku kegiatan Ramadan buat bukti kalau kamu memang benar-benar melaksanakan salat tarawih. Padahal juga cuma datang aja, sholat beberapa rakaat. Kemudian dilanjutkan dengan ngobrol sampai pulang :D. Eits, kamu pastinya pernah kan mengisi buku kegiatan Ramadan? Buku kegiatan Ramadan sendiri merupakan buku yang diberikan oleh sekolah dan berisi kegiatan yang harus kita lakukan saat bulan Ramadan itu. 

Bahkan di buku itu juga ada lho disuruh berkunjung bersilaturahmi ke rumah guru kemudian minta tanda tangan :D. Saya juga pernah saat mendekati hari raya, janjian sama teman-teman untuk datang ke rumah guru bersama-sama. Meskipun tak jarang yang sudah dirancanakan itu tidak terlaksana. Bahkan biasanya saya pergi sendiri untuk bersilaturahmi, meminta maaf dan sekaligus minta tanda tangan beliau hehe. 



Nah, biasanya nih kalau sudah mendekati hari raya  masih ada kegiatan yang ada di dalam daftar buku Ramadan yang masih belum diisi. Di situlah keahlian mengarang diasah :D. Mau bagaimana lagi, kalau tidak diisi bisa-bisa nanti kena hukuman. Ya sudah mengarang aja hehe. Kalau tidak mengarang ya lihat punya teman. Hanya saja nanti bahasanya yang diganti biar tidak kelihatan kalau nyontek hehe. Kalau ingat itu lucu juga ya.

Kalau kamu sendiri punya kenangan apa nih saat kamu masih kecil di bulan Ramadan?


Misteri Gua Jepang di Kepanjen




\



Anisa AE - Lagi nyari update blog saya, ya? Maaf banget karena bulan ini adalah bulan yang melelahkan. Mulai dari Machin sakit, Michan sakit, dilanjutkan saya sakit. Sebenarnya saya sudah mengedraf beberapa tulisan, tapi karena foto pendukung belum ada (efek gak pernah keluar rumah) akhirnya saya tangguhkan posting. 

Kali ini saya akan menceritakan tentang satu kebodohan. Ya, sangat bodoh sampai tidak menyadari ada salah satu tempat tersembunyi yang perlu saya ekspos. Sayangnya saat ini tempat itu sudah sangat tertutup, padahal saya ingin sekali mengunjungi tempat yang hanya berjarak beberapa rumah dari tempat saya ini. 

Gua, siapa yang tak kenal dengan sebutan itu? Sebuah tempat yang gelap dan berada di bawah tanah. Tak hanya itu, selain gelap, juga pengap dan jarang udara masuk ke dalam. Ada banyak gua di Jawa ini. Dulu, saya pernah mengunjungi Gua Maharani dan Gua Akbar. Jika gua dirawat dengan baik, tempatnya pun bisa menarik wisatawan untuk berkunjung. 

Beberapa bulan yang lalu, beberapa anak SD mungkin sekitar kelas 3-4 SD bolak-balik di depan kantor AE Publishing dengan mengendarai sepeda. Mereka terlihat kebingungan mencari alamat.

Baca Juga : Aura Gerbong Maut di Museum Brawijaya

"Di sini mungkin," kata seorang anak sambil melihat gang rumah saya.

"Bukan di sini, agak ke sana," jawab yang lain sambil menunjuk gang yang agak jauh.

"Kita tanya aja deh daripada nyasar," timpal yang lain.

Saya yang sedang berkutat dengan ponsel pun jadi penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Apalagi menyangkut gang rumah saya. Ada apa gerangan? Mereka mencari apa? 






"Nggoleki opo, Le?" tanya suami yang tiba-tiba muncul dari gang rumah.

"Anu, Pak. Madosi Guo Jepang!" jawab salah seorang anak terbesar.

Kening saya mengkerut. Gua Jepang? Di sini?? Selama saya hidup di sini, tidak ada yang namanya Gua Jepang. Mendengarnya pun tidak. Apalagi saya selalu ingin tahu dengan hal-hal baru. Tapi kalau soal Gua Jepang, memangnya ada?

"Gak ono Guo Jepang nang kene!" jawab suami saya sambil tersenyum. Mungkin dia juga berpikir sama seperti saya. Ya, memang selama kami menikah, dia sama sekali tidak mendengar kabar soal Gua Jepang yang dicari oleh anak-anak tersebut.



"Memang warga di sini tidak ada yang tahu kok. Tapi teman saya pernah mengunjungi Gua Jepang tersebut. Katanya di belakang pasar Kepanjen, ya di daerah ini." (Baca selengkapnya)

Gak Apa-Apa Bayar Mahal






Setiap orang selalu mikir bagaimana agar mendapat harga murah dengan kualitas terbaik untuk membeli barang apa pun. Ya, itu kan emang hukum ekonomi. Termasuk saya adalah salah satunya.
Namun, ada saatnya saya tidak menawar harga di saat membeli di pasar tradisional. Hitung-hitung untuk membantu para penjual di pasar yang memang membutuhkan uang. Apalagi jika yang menjual adalah orang tua, mau mawar itu rasanya gak tega.

Buat saya sih gak apa-apa bayar sedikit mahal. Toh masih lebih murah jika saya beli ke supermarket. ( Padahal jarang banget ke supermarket. Wkekwke )

Namun saya juga sering melihat ada orang yang menawar harga sampai kebangetan pada penjual yang sudah tua. Kangkung aja ditawar 1000 dapat 2 ikat, padahal harganya 800 rupiah. Satu ikat bisa jadi menu sekali makan sekeluarga. Beda dengan beli matang di restoran dengan harga 5000 per porsi. Dengan mudahnya bilang, "Gak apa-apa bayar mahal untuk seporsi kangkung. Wong cuma lima ribu."

Bayangkan saja, jika saya pergi ke Indo****t atau sejenisnya, tanpa menawar harga pun langsung ambil barang dan membayar di kasir. Padahal kita sama-sama tahu jika harga di sana biasanya lebih mahal. Saya pernah lho liat jajan yang di toko biasanya seharga 500 rupiah, tapi si sana itu harganya 2.000. Ya maklumin aja, kan emang bayar tempatnya juga mahal. Gak apa-apa bayar mahal. Walaupun akhirnya saya tak jadi beli. Hihihi.

Tanpa sadar, kita menjadi maklum membayar mahal karena layanan tempat dan pelayanan yang diberikan karyawan kepada kita. Senang dong kalau dilayani dengan baik? Petugasnya ramah dan juga cakep-cakep. Apalagi tidak perlu panas-panaskan untuk membeli, bisa pilih-pilih barang dan langsung memasukkan ke keranjang belanja. Sangat jauh berbeda dengan di pasar tradisional.

Hal ini juga berlaku pada tukang parkir.

Saya bisa marah-marah jika ditarik 1500-2000 untuk sekali parkir. Padahal biasanya parkir hanya seribu. Kenapa saya marah? Alasannya simple, sepeda motor saya parkir sendiri, dikeluarkan dari tempat parkir juga sendiri, menyeberang sendiri. Orangnya pun sama sekali gak ramah, senyum aja enggak. Lha tugasnya petugas parkir apa??? Cuma prit, terus minta uang dan pergi.

Beda kalau petugasnya ramah, murah senyum, dan membantu saya untuk memasukkan maupun mengeluarkan motor, tak lupa juga menyeberangkan saya. Tanpa diminta pun, saya akan memberi 2.000. Kadang malah sama tukang parkirnya gak boleh bayar karena terlalu sering ngasih lebih. Buat saya, gak apa-apa bayar mahal untuk pelayanan terbaik.


Metode ini pula yang saya terapkan untuk AE Publishing, penerbitan yang tengah saya rintis. Alhamdulillah banyak pelanggan yang balik lagi, bahkan sampai memberi ongkir lebih dari yang semestinya. Walaupun banyak yang bilang kalau paket penerbitan di AE Publishing itu mahal.

Bagaimana tidak mahal? Di penerbit lain saja ada yang 250-500k untuk layanan lengkap, di AE malah 700k untuk layanan lengkap. Banyak sih penulis pemula yang pilih penerbit murah untuk menerbitkan buku mereka, tapi tak sedikit pula yang akhirnya curhat ke saya dengan pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh penerbit tersebut. (Baca selengkapnya)




Teman, Iman Lebih Penting Dari Uang






Anisa AE - Saya kaget bercampur ngeri dalam waktu satu minggu ini. Bagaimana tidak? Tetangga jarak dua rumah di sebelah kiri wafat. Disusul oleh tetangga jarak dua rumah di sebelah kanan. Rumah saya berada di tengah-tengah antara rumah duka. Berasa mati itu tinggal menunggu waktu dan tak bisa disemayani.

Apalagi sore tadi ketika sebuah foto diunggah di facebook. Foto seorang lelaki yang sangat tak asing dalam hidup saya, bahkan beberapa kali sempat ada cerita tentangnya di blog ini. Foto yang membuat hati saya menangis miris.

Beberapa tahun yang lalu saya mengenalnya. Sosoknya yang supel, baik hati, pintar, dan punya segudang ide yang bisa menarik orang lain. Ah, saya tidak hanya mengenal satu orang, tapi dua orang yang ke mana-mana selalu bersama, salah satunya saya sebut Arek Ganteng. Bahkan kami sempat melakukan bisnis kecil-kecilan yang melibatkan investor TKW dan polwan.

Sayangnya bisnis tersebut tidak berjalan dengan semestinya. Banyak sekali kendala yang menjadikan saya akhirnya mundur teratur dan mengembalikan semua uang milik investor. Padahal saat itu kami sudah memiliki beberapa pelanggan tetap yang sampai saat ini terus menanyakan produk yang tidak lagi diproduksi tersebut.

Sampai akhirnya, ayah dari Arek Ganteng wafat. Dia kembali ke kampung halaman untuk menemani ibunya dan merintis bisnisnya dari nol.



Sementara teman saya yang satunya, tidak tahu entah ke mana, walaupun rumahnya dekat dengan suami saya. Seluruh kontaknya sudah tidak bisa dihubungi lagi, padahal kami harus menyelesaikan beberapa hal. Sampai akhirnya saya lelah dan mengikhlaskan semuanya. (Baca selengkapnya)

5 Tips Agar Cabut Gigi Tidak Sakit








Anisa AE - Sudah bukan rahasia lagi kalau gigi saya banyak yang lobang, khususnya gigi geraham. Lobang yang besar itu membuat saya berkali-kali mengeluh sakit gigi dan kepikiran buat cabut gigi. Tapi saya takut ama jarum suntik, hiks. Apalagi banyak info kalau cabut gigi geraham itu sakit. Makin keder saya kalau mau ke dokter gigi, tapi bagaimanapun, gigi saya harus ditangani oleh ahlinya.

Tahun lalu, saya sudah menambal dua gigi. Iya, dua gigi geraham. Geraham bawah sebelah kiri dan atas sebelah kanan. Kebetulan saat itu saya sudah punya BPJS, jadi kalau soal kontrol ataupun tambal gigi, sudah dicover semua oleh BPJS.

Sebenarnya tahun lalu, saya sudah minta cabut. Gak tahan tiap hari harus menahan sakit gigi. Udah gak ada yang njenguk, sakitnya kebangetan. Namun oleh dokternya disuruh perawatan saja, soalnya gigi itu masih bisa dirawat. Alhamdulillah setelah perawatan memang sudah tidak sakit gigi lagi. Sayangnya saat ini giginya sudah 'cuwil', jadinya mulai sakit lagi giginya. Sering bengkak jika ada sisa makanan yang menyelip di gigi.


Akhirnya saya pun ke dokter gigi lagi. Nah saat itu sudah pindah faskes BPJS, jadi ikut pindah dokter gigi juga. Saat ini saya memilih Klinik Wijaya Kusuma Husada sebagai faskes 1. Selain karena pemiliknya enak diajak ngobrol dan friendly banget ke pasien, orangnya juga bisa diminta pendapat dan saran jika ada kejadian tiba-tiba yang menimpa saya dan keluarga.

Saat periksa pertama, kebetulan sedang hamil dan dokter giginya tidak berani menangani. Tunggu sampai si kecil keluar dulu. Dapat dibayangkan berapa bulan saya menahan sakit gigi, berharap gigi itu segera dicabut. Kecil-kecil bikin keki yaaaa.

Setelah melahirkan, saya mencoba memberanikan diri konsultasi lagi. Well, ternyata saran dari dokternya, tambalan giginya diperbarui alias dibersihkan, lalu ditambal lagi. Tanpa perlu cabut gigi. Lumayan lama sih prosesi tambal gigi tersebut, apalagi ternyata ada daging yang tumbuh di gigi, jadinya perlu diambil dulu dagingnya. Kembali 3 hari lagi.

Tiga hari selanjutnya, pembersihan gigi dilanjutkan. Lumayanlah rasanya daripada yang setahun lalu. Ngilu-ngilu gimanaaa gitu. Selama 3x, saya ke dokter gigi untuk perawatan sebelum ditambal permanen. Lumayan lama sih dan bolak-baliknya itu bikin keki. Gimana gak bosen coba? Soalnya kepikiran dengan Michan yang ada di rumah.

Sampai akhirnya tibalah sesi tambal gigi permanen. Eng ing eng .... Rasanya aneh, tapi lumayanlah.
Sayangnya gigi saya saat itu terasa tetap ngilu dan bengkak. Padahal sudah 3 hari setelah tambal permanen. Balik lagi deh ke dokter gigi buat konsultasi. Akhirnya tibalah sesi eksekusi, gigi geraham atas tersebut tidak bisa dipertahankan lagi, dan saya menyerah. Tak tahan dengan capeknya, apalagi sakitnya.

Dengan tiga suntikan bius lokal, gigi saya hilang. Well, tidak terasa sama sekali saat pencabutan. Tapi setelah dicabut dan obatnya hilang, saya harus sedikit menahan nyeri.

Oh iya, jika mau cabut gigi, saran saya adalah mencari dokter gigi terdekat, plus mengajak seseorang untuk mengantarkan. Daaaan jangan naik angkot. Kenapa? Karena ludah akan terasa penuh di mulut, itu bikin mual gak karuan. Berkali-kali ingin meludah dan pastinya gak boleh di angkot, kan?

Ternyata oh ternyata, gigi geraham tersebut mengalami lobang yang sangat parah, sampai tembus pada gigi di sebelahnya. Pantas saja sakitnya luar biasa.

Sesi gigi geraham atas sudah selesai. Gigi saya hilang satu. Kata dokternya sih, lebih bagus lagi jika giginya yang hilang itu diganti dengan gigi palsu. Karena, gigi geraham bawah, akan tumbuh ke atas jika tidak ada geraham atas yang menghambat pertumbuhannya. Tahu sendiri pasang gigi palsu harganya berapa. Tuh kan jadi mikir.

Dan lagi ... ternyata gigi geraham atas sebelah kanan saya yang paling bungsu juga lobang. OMG ... berasa mau kiamat. Lobangnya pun sudah lumayan besar dan disarankan buat ditambal. Padahal saya rencana tambal gigi geraham kiri bawah dulu yang masih bengkak dan tambalannya sudah mulai hancur. (Baca selengkapnya)



Bangga Berprofesi Sebagai Blogger









Anisa AE - Tak terasa, rasanya baru kemarin saya ikut acara Blogger Camp pada Hari Blogger Nasional tanggal 27 November kemarin. Saat ini sudah bertambah lagi umur Hari Blogger Nasional. Walau tidak ada camping, tetap saja hari blogger sangat berkesan.

Pertama kali tahu blogger, saya merasa bahwa itu pekerjaan yang luar biasa dan bisa membuka lowongan kerja untuk orang lain. Kenapa saya berpikiran seperti itu? Sebenarnya apa blogger adalah profesi?

Saya mengenal blog pada tahun 2007. Saat itu saya menyebutnya bukan blog, tapi web, dan ada lowongan sebagai tim penulis di infokepanjen.com milik Mas Rizal. Terang saja saya langsung daftar ke dalam tim tersebut walau hanya mempunyai ijazah SMP dan saat itu bekerja sebagai karyawati di pabrik rokok.

Dengan berbekal tekad, saya mendaftarkan diri sebagai tim penulis. Harus ke warnet untuk menulis berita, sering pulang pagi untuk mendapatkan jam malam di warnet. Hanya 10.000 dari jam 11 sampai 6 pagi. Itu saya lakukan di sela jam kerja sebagai karyawan pabrik rokok. Saya menganggap, blog bisa membantu untuk menyalurkan hobi menulis.

Tahun 2011, saat sudah melahirkan anak pertama, saya mendirikan AE Publishing, baru tahu bahwa ilmu blogger itu sangat penting. Blog membantu saya mempromosikan buku yang diterbitkan oleh AE, walaupun saat itu saya benar-benar gaptek soal blog. Fokus di penerbitan dan sesekali membuka blog adalah pekerjaan saya selanjutnya.





Sayangnya saya baru tahu pentingnya sebuah blog sejak ikut dalam acara Mas Rey pada tahun 2014. Saat itu saya ikut sebagai pemateri bagian kepenulisan blog, bagaimana optimasi SEO. Lumayan terkejut karena Mas Rey bisa mendapatkan 2 juta rupiah dari iklan di blog dan dia berprofesi sebagai blogger. Wah, bisa ditiru juga tuh.

Setelah daftar, saya malah belum diacc oleh google adsense sampai berbulan-bulan dan itu membuat kecewa. Mungkin itu karena domain masih gratisan. Tapi apa hubungannya? Banyak juga kok yang gratisan, tapi juga diacc. Blog mulai saya tinggalkan. Saya merasa, blogger bukan dunia yang bisa digeluti dengan baik.

Tapi semua berubah sejak saya mulai iseng membeli domain TLD pada awal 2015. Itu pun karena takut jika nama anisae digunakan terlebih dulu oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab, seperti aepublishingdotcom yang domainnya diperjualbelikan. Namun keisengan tersebut malah memberikan sesuatu yang luar biasa.

Well, saya memang tidak terlalu bisa berkata-kata dengan orang lain. Sosialisasi dengan orang lain bisa dikategorikan mendapat nilai 40. Tapi dengan menulis di blog, saya bisa mendapat sesuatu yang lebih. Mengungkapkan unek-unek, bermanis kata, dan yang lebih penting, bisa berbagi dan menginspirasi orang lain.

Job review mulai berdatangan satu per satu. Mulai dari review produk, review profil owner perusahaan, sampai pada job-job yang lain. Tak jarang marketplace menggunakan jasa saya untuk mempromosikan situs mereka dengan fee yang lumayan. Saya pun mulai keranjingan berada pada dunia blogger yang rasanya aduhai. Tidak seperti dunia penerbitan yang harus lelah berhari-hari untuk mendapatkan uang, dari blog malah bisa didapatkan dari satu tulisan.

Dengan bekerja sebagai blogger, saya tak meninggalkan kewajiban sebagai ibu untuk anak-anak. Sering mereka saya ajak liputan agar tahu bahwa inilah pekerjaan ibunya. Liputan, lalu ditulis di blog. (Baca selengkapnya)


Anak-Anak yang Kelaparan Karena Indomie







Anisa AE - Sebelum banyaknya merk mie instan saat ini, Indomie adalah merk mie yang paling booming. Namun, banyak yang menganggap mie instan adalah makanan murah, mudah, dan tidak sehat jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Ya, bisa juga karena pembuatannya yang memakan tidak lama, tidak sampai 10 menit. Termasuk merk Indomie tersebut.

Ada anak-anak kelaparan yang menunggu sisa makanan dari orang lain, lebih tepatnya menunggu orang lain selesai makan untuk bisa merasakan Indomie tersebut. Siapa yang tak kenal dengan Indomie? Sponsornya di layar kaca saja sudah bisa membuat seseorang meneteskan air liur, apalagi jika mendengan jingle musiknya, semua pasti tahu mie apa yang dimaksud.

Saat itu, yang kelaparan adalah saya dan saudara, kami menunggu di balik pintu kamar, menunggu tamu selesai makan dan bisa merasakan nikmatnya Indomie.

Alm Abah selalu mengajarkan kami untuk memuliakan tamu. Walaupun kami hanya makan dengan garam, tamu harus makan dengan tempe. Ya, begitulah kehidupan di keluarga kami. Walaupun mie itu hanya makanan biasa bagi sebagian orang, tapi tidak bagi kami. Mie dan telur dadar adalah makanan istimewa yang terhidang untuk para tamu sebagai lauk.





Saya dan kakak selalu menunggu di balik pintu kamar, sambil menikmati aroma yang tercium dari asap Indomie yang selalu diberi irisan cabai oleh Ibu tersebut. Kami berbincang bagaimana rasanya memakan mie itu sambil menyesapnya perlahan seperti di TV. Kami tertawa, lalu mengintip dari balik pintu, menunggu dan menunggu.

Ketika tamu selesai makan dan pindah ke ruang tamu, kami tetap tak boleh menyentuh makanan sisa itu. Tak ada yang boleh memakan apa pun di ruang tengah, sampai tamu tersebut pulang. Biasanya, saya dan kakak mengakalinya dengan membersihkan meja dan membawanya ke belakang. Ya, hanya di sana tempat kami bisa makan tanpa ketahuan tamu. (Baca selengkapnya)


9 Blogger Inspirasi Anisa AE

9 Blogger Inspirasi Anisa AE

Anisa AE -  Dunia blogger selalu punya seribu satu cara untuk terus update informasi. Banyak sekali yang pindah halauan ke profesi blogger, terlebih ibu rumah tangga yang ingin fokus pada keluarga. Blogger menjadi pilihan tepat selain jualan online di media sosial.

Banyak pula yang bertanya pada saya, siapa yang paling berpengaruh pada blog ini. Sebenarnya sangat banyak, tapi hanya ada beberapa yang sampai saat ini membuat saya terinspirasi untuk terus belajar dan memotivasi diri. Dimulai dari pertama saya mengenal sebuah blog.



Saya sudah mengenal blog tahun 2010. Lupa tepatnya kapan. Tapi baru mulai membuat blog pribadi sejak akhir tahun 2013. Sebenarnya saya tak begitu tertarik dengan blog, hanya ingin menulis dan bisa dibaca oleh orang banyak.

Saat itu membantu Mas Rey untuk mengadakan acara blogger di Hotel Santana. Acara pertama sebagai panitia yang saya ikuti, karena saat itu saya merangkap sebagai penulis di infokepanjen.com. Sesuatu banget bisa belajar dunia seperti ini untuk pertama kalinya, dibantu oleh Alm Pak Poenk (Guru SMAI), Pak Herman (Bagaimana kabar Bapak?), Mas Aka (Lama tak jumpa, Mas), serta beberapa tim yang lain.






Mas Rey mengajarkan saya banyak hal. Mulai dari pertama membuat blog, mendesain template, sampai pada desain-desain photoshop. Lalu tahun kemarin mengajak saya untuk mengisi materi tentang perbloggeran di Univ Kanjuruhan. Saat itu pula saya tertarik dengan yang namanya Google Adsense.

2. Keluarga Biru


Saya mengenal keluarga ini saat masih sama-sama membuat penerbitan indie. Ya, kami sering sekali sharing tentang banyak hal. Tak ada yang kami sembunyikan, bahkan sampai menjadi  ajang curhat keluarga. Maklumlah, sama-sama warga Malang juga, jadi lebih sering bertemu.

Umur anisae.com dan keluargabiru.com hampir sama, itu karena MP ditutup dan Ihwan pindah ke blogspot. Ihwan termasuk orang yang tidak pelit info, juga salah satu yang bisa diandalkan saat saya kepepet masalah uang. Heheh. Kalau Ivonie, dia selalu bisa bikin saya ngiler karena resep dan masakan baru yang dibuat. Kalau ke rumah mereka, tak ada yang saya cari selain camilan gratis. Hahaha.






Tak jarang kami sekeluarga  (Keluarga AE dan Keluarga Biru) melakukan jalan-jajan. Banyak sekali yang kami bicarakan, mulai dari hal kecil sampai hal besar. Seperti saudara deh kalau sama mereka.



Tahu bagaimana rasanya saat blog sepi dan hanya satu pengunjung yang sering komentar sampai beberapa artikel? Itu yang saya rasakan saat baru ngeblog. Mbak Ria wellcome banget, selalu mengunjungi blog saya di saat sepi maupun ramai. Saya yang awalnya memang tak suka bewe, mau tak mau penasaran dengan sosok beliau.

Setelah membuka blognya, tara ..... Selalu dibikin ngiler karena sering posting tentang restoran mahal. Ya gimana gak mahal coba? Kalau sekali makan, harganya sama dengan belanja harian satu minggu. Xixixi. Mbak Ria juga mengajarkan arti makan tak pelu bayar karena sering dapat gratisan. Hahaha.






Satu lagi, beliau suka lihat film di bioskop. Ya, kan beda dengan saya yang harus mikir ulang ketika ke bioskop. Sampai segedhe ini, saya ke bioskop cuma 2x. Selain karena bioskop hanya ada di kota, saya tak suka bayarnya. Hahaha. Selalu nunggu file dari temen buat nonton. Dari blog ini, saya jadi tahu film-film terbaru yang tayang.

Untuk mbak satu ini, kami sama sekali tidak pernah komunikasi selain hanya via blog. Saling bewe. Walaupun saya juga punya akun FB-nya. Heheh.



Awalnya saya gak terlalu ngeh dengan blognya mbak ini. Tapi tiap tulisannya selalu membuat otak saya berpikir lebih maju. #eh?

Selalu suka dengan tulisannya yang santai, tapi enak dibaca. Entah ada berapa blognya, sepertinya banyak banget. Hehehe. Pastinya saya suka tulisan-tulisannya saat ikut lomba, selalu menginspirasi dan ada yang baru. Apalagi soal curhat-curhatnya yang saya banget ini mah .....


Eh satu lagi, saya suka liat fotonya di blog yang imut dan cantik. Apalagi pas review kosmetik. Jujur saja, saya fokus ke wajahnya. Berharap jadi cantik juga. :D #halah abaikan (Baca selengkapnya)

Polda Jatim Menggandeng Netizen Malang Raya



Bersama Pak Argo dan Bu Wiwid
Anisa AE - Malam Jumat kemarin, tiba-tiba saja ada nomor yang tidak dikenal mampir di hape saya. Ternyata telepon tersebut dari AKBP, Pak Eddwi Kurniyanto yang meminta kesediaan teman-teman netizen Malang Raya untuk hadir di dalam acara RAPIM POLDA JATIM yang diselenggarakan di Purnama Hotel, Batu. Acara tersebut diadakan pada keesokan harinya selama dua hari.

Saya yang dulu pernah mendaftarkan diri sebagai netizen Polda Jatim merasa diberi kesempatan sangat luas. Apalagi beberapa bulan terakhir memang banyak sekali acara Polda Jatim bersama netizen di Surabaya. Berhubung sudah masuk trimester akhir, saya tidak pernah ikut dalam kegiatan tersebut.

Pak Edwi meminta beberapa perwakilan netizen, 3-5 orang untuk hadir dalam acara tersebut. Lalu memberikan kontak Kabid Humas Polda Jatim, Kombespol R Prabowo Argo Yuwono agar kami bisa komunikasi. Tak lupa meminta kesediaan, barangkali ada netizen yang bisa koordinasi bersama Pak Argo malam ini untuk acara besok.

Saya pun meminta waktu untuk mengabarkan kepada teman-teman karena acara ini sangat mendadak. Biasanya ada pemberitahuan seminggu sebelum hari H. Mungkin ada teman yang bisa koordinasi langsung dengan Pak Argo malam itu di Hotel. Untung saja Mas Malik bersedia datang ke hotel.  Saya tinggal woro-woro untuk acara esok hari.

Ternyata dugaan saya tepat. Banyak netizen yang tidak bisa datang karena bentrok dengan kegiatan lainnya. Akhirnya yang hadir dalam acara tersebut adalah saya, Bidin, Mas Malik, dan Rohmah (airenibiru.com). Tentu saja bidadari kecil tidak ketinggalan, dia tak pernah bisa jauh dari saya walau hanya beberapa jam. Saya pun bagi tugas dengan Bidin yang mewakili kepanjenkita.com. Saya mencari bahan tulisan dan dia bagian momong Asma.

Agak kurang PD juga di sana karena tidak memakai seragam. Ya, karena belum punya seragam. Apalagi pas lihat ROB (Rombongan Online Batu) datang dengan seragam hitam mereka yang kelihatan keren. Apalagi saat melihat banyak sekali polisi di tempat tersebut. Duh makin takut, takut kalau tiba-tiba ditanyakan SIM dan tidak boleh masuk ke lokasi karena penampilan sama sekali tidak mendukung. Hahaha.

Saya pun langsung menghubungi Pak Argo untuk menanyakan lokasi beliau. Ternyata sedang sarapan di Sekartaji, dekat kolam renang. Saya pun mencari lokasi tersebut. Ternyata lumayan jauh dari tempat parkir. Agak tak enak juga ketika beberapa polisi melihat kami, duh apa tidak meyakinkan sekali, ya?

Sempat dicegat seorang polisi yang menanyakan tujuan kami. Dengan kurang PD-nya saya berkata jika diundang oleh Pak Argo untuk datang ke acara tersebut. Dia cuma manggut dan mempersilakan saya masuk, lalu menunjukkan jalan menuju lokasi.






Di sana, kami disambut Pak Waluyo dan Pak Argo. Lalu diminta untuk sarapan lebih dulu sebelum acara dimulai. Ini dia, sarapan. Soalnya dari berangkat tadi belum makan, lumayan lama perjalanannya, satu setengah jam.
Setelah ambil makanan, kok beliau-beliaunya tidak ada? Alamak ... bagai anak ayam yang kehilangan induknya. Untungnya kami melihat rombongan ROB dikejauhan dan akhirnya bergabung dengan mereka. Tanya ini-itu, sebelum akhirnya Asma minta keluar, bermain di taman.

Taman di Purnama Hotel

Well, tamannya luas dan masuk dengan nilai 8 deh. Apalagi kolam renangnya. Asma benar-benar tak tahan untuk mandi di sana. Lha? Ini mau meliput apa review hotel sih? Hahaha. Ya sudahlah, soal hotel ini akan saya bahas kemudian. Lanjut ke kegiatan yang kami ikuti.


Saat main, Mas Malik datang. Dia telat karena rantai sepeda motor putus di jalan saat perjalanan ke hotel. Langsung saja saya suruh ke ruang makan, sarapan dulu. Eh tak lama kemudian kami semua dipanggil Pak Waluyo untuk mengambil foto di dalam ruangan rapat. Jeprat-jepret sudah, keluar lagi. Menunggu di taman yang lumayan luas itu. Tentu saja Bidin tetap dengan tugasnya menjaga Asma. Mas Malik ternyata baru sempat sarapan sedikit sebelum proses jepret tadi. (Baca selengkapnya)

Bukan Salah Kerudungnya




Anisa AE - Malam ini FB Komunitas Peduli Malang ASLI Malang ramai tentang satu postingan. Bukan, bukan karena AREMA yang bermain di Sleman, tapi karena sebuah foto yang diunggah oleh Mas Agung T. Wahyudi. (Saya pilih foto yang paling tidak jelas karena ada banyak foto yang jelas menunjukkan wajah mereka)

Bisa dilihat foto apa itu. Ini adalah hasil screnshot yang saya dapatkan dari grup tersebut. Miris memang. Di sore hari yang masih sangat terang, terlihat dua orang yang sedang berciuman di taman balaikota. Taman yang letaknya tepat di depan Balaikota Malang. Jika dari Stasiun Kota Baru Malang sudah terlihat tugu yang menjadi kebanggaan Kota Malang tersebut.

Semakin trenyuh ketika melihat komentar-komentar di bawahnya. Tak bisakah sedikit empati dengan hanya menyalahkan sifatnya? Bukan kerudung yang menjadi masalahnya. Apalagi sampai komentar yang tak pantas memakai kerudung dan suruh telanjang saja. Astagfirullah. Apakah para komentator ini merasa lebih alim dan merasa lebih baik dari para pelaku? Sampai-sampai menyuruh sang wanita telajang saja daripada berciuman di sana?







Dengan diunggahnya foto ini di sosmed, itu sudah membuat mental mereka down. Bahkan bisa jadi mempermalukan seumur hidup. Lantas, masihkah kita tambah dengan hinaan? Masihkah kita tambah dengan perkataan yang menjatuhkan mereka dengan kasar?

Kelakuan mereka yang sangat jauh dari kaidah Islam, jangan disangkutpautkan dengan kerudung. Jelas kerudung dan sifat manusia itu berbeda. Memakai kerudung adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap wanita seperti yang tertera di dalam Al-Quran, sedangkan sifat adalah bawaan dari masing-masing manusia.






Jika ada seorang kyai yang mencabuli muridnya, apakah kita lantas menyalahkan agamanya? Menyalahkan Islam? Seperti itu pula pada kasus ini. Kita tak bisa menyalahkan kerudungnya, karena yang salah adalah perbuatannya. Tak ada hubungannya dengan kerudung yang termasuk dalam kategori wajib dipakai. Apa lantas jika yang berciuman seorang wanita tanpa berkerudung di tempat umum, kita biasa saja, menganggap semuanya wajar?  (Baca selengkapnya)




Wajib Follow dan Blogwalking



blogwalking

Anisa AE - Pada penasaran kenapa saya sering banget BW (blogwalking) ke web/blog teman? Itu karena mulai menjadi hobi saya yang jarang sekali baca berita. Tiap pagi -karena kuota pagi bonusnya banyak- saya selalu melihat 'blog saya'. Di bagian bawah, selalu ada post baru dari blog yang saya ikuti. So, jadwal tiap pagi adalah membaca postingan blog terbaru. 

Siapa yang belum saya follow?

BW itu enak banget. Selain mengakrabkan dengan blogger lain, juga bisa meningkatkan rank alexa yang kemarin turun drastis dari 700 ribu menjadi 1, 2 juta. Kebayang banget sedihnya. Untunya saat ini mulai naik lagi ke angka 800 ribu. Pinginnya sih bisa sampai di bawah 500 ribu, karena kemarin saya baca blog anak gaul bin alay yang alexa ranknya 100 ribuan. Iri? Iya banget. :D







Ya, walaupun kadang sebel juga sih sama orang penting -namanya juga orang penting-. Saya selalu komentar di tiap postingan barunya karena mengikuti blognya, tapi dia sama sekali tidak pernah komentar, apalagi follback. Ada juga yang postingannya bagus banget, acc komentarnya luamaa. Padahal kan saya juga pingin tahu kelanjutan postingannya. Begitu diacc, dibalas aja enggak. Huaaaa sakit. Curhat critanya nih. :(  (Baca selengkapnya)



Jadilah Diri Sendiri



logo Anisa AE

Anisa AE - Tahun lalu, ada seseorang yang sangat getol bertanya ini-itu pada saya. Apa pun yang saya lakukan, dia selalu mau tahu. Sampai hal terkecil pun ditanyakan. Senang sih bisa berbagi banyak hal, sayangnya dia tidak mau membaca. Padahal ilmu yang saya miliki sudah ditulis di web ini. Susahnya, mau bilang cari di web itu dibilang sombong, kalau jawab terus menerus, tidak ada berhentinya. Padahal pekerjaan saya banyak, tidak hanya meladeni satu orang itu. Tapi saya terus menerus membalas dan mengajarinya banyak hal.

Sampai akhirmya berhenti bertanya dan kini hadir lagi dengan kekecewaan, "Kenapa aku gak bisa kaya' kamu? Padahal pendidikanku lebih tinggi darimu, bahkan teman-temanku lebih banyak darimu!"

Jadi selama ini dia berusaha menjadi saya? Bertanya banyak hal dan kisah hanya untuk tahu seperti apa saya dan bagaimana dia harus menjadi saya. Ah? Apa yang terjadi? Sebegitu menariknyakah seorang Anisa sampai ada yang ingin menjadi dia?

"Siapa pun bisa menjadi saya. Hanya perlu lebih banyak usaha dan kerja keras. Coba lihat, saya menerima ini bukan sim salabim. Bekerja siang-malam dan terus belajar!" jawab saya.







"Aku gak suka dibandingkan. Ingat saja! Suatu saat pasti akan sukses melebihi kamu! Akan kutulis namamu besar-besar dan kubuktikan bahwa aku akan sukses!"

Sebuah jawaban yang membuat hati sakit. Seperti inikah rasanya memberi nasihat pada kepala batu? Atau karena dia tidak bisa melepaskan ego dan sifat AKU? Saya menyesal menasihatinya, menyesal mengajarinya apa pun yang saya bisa. Mungkin Tuhan tidak menjadikannya seperti saya karena tahu kelak akan sombong, artinya Tuhan masih sayang padanya.

Padahal tak perlu menjadi siapa pun, cukup jadi diri sendiri. Temukan bakat yang terpendam, lalu diasah. Bukan malah ingin menjadi orang lain dan marah karena tidak bisa seperti itu. Karena apa yang dilakukan dengan bahagia itu pasti hasilnya lebih baik. Apa yang dilakukan dengan hati, semua akan berjalan lancar. (Baca selengkapnya)




Anisa AE Berbagi Kisah




Anisa AE - Lihatlah saya, masih seperti ini, dan akan terus seperti ini. Well, bahkan tak akan ada yang menyadari bagaimana saya, sampai kejujuran ini saya tulis.

Apa yang kalian lihat tentang saya? Penulis? Blogger? Editor? Owner Penerbit? Reporter? Tukang ojek? Online shop?

Semuanya benar. Itulah saya. Seorang ibu rumah tangga yang selalu berusaha menjadi serba bisa untuk keluarga. Karena saya pernah merasakan bagaimana makan hanya dengan kerupuk, kecap, ataupun garam. Bahkan berkali-kali putus sekolah karena tak ada biaya. 

Bahkan tak ada yang percaya ketika saya katakan hanya lulusan SMP. Itu pun karena mereka melihat bagaimana sepak terjang saya di dunia maya. Seorang lulusan SMP yang punya segudang pekerjaan. Mungkin jika lulusan SMA, saya hanya akan punya satu pekerjaan karena gengsi dengan ijazah. Apalagi jika bergelar sarjanah.



Tapi memang inilah saya.

Seorang lulusan SMP yang bekerja di pabrik rokok selama 4 tahun, namun tetap suka menulis. Belajar sendiri tentang apa itu menulis, bagaimana caranya, dan apa saja yang bisa mendukung kehidupan. Saya putus urat malu dalam mencari pekerjaan, selama itu halal. Menggeluti online shop dan menjalankan semua pekerjaan secara bersamaan. Bosan pasti datang, namun keluarga selalu bisa menguatkan.

Well, semua ini bukan sim salabim. Proses panjang dengan segala keterbatasan membuat banyak aktivitas terganggu, pun tak bisa maju. Apalagi ketika harus keluar Kepanjen untuk menghadiri acara bulanan komunitas, tak ada motor, sementara saya selalu mabuk jika naik bus atau angkot. Belum lagi ke mana-mana bawa Asma yang masih kecil dan pastinya biaya dobel plus plus.


Perjuangan gak hanya itu.

Cibiran demi cibiran terus terlontar. Sempat membuat saya down dan menyerah untuk hidup. Tapi saya percaya satu hal, hidup ini milik Allah. Asalkan saya melakukan dengan bahagia dan mau terus belajar, maka tak akan yang sia-sia. Bahkan saya rela tutup gali lobang hanya untuk bertahan hidup. Mengubur sebentar mimpi untuk membawa Ibu ke tanah suci.

Mengedit naskah menggunakan hape nokia yang saat ini keypadnya lepas semua. Merelakan kulit ibu jari menebal karena terlalu banyak mengetik. Bayangkan, satu buku (25 cerpen) harus diedit menggunakan hape. Saat semuanya sudah selesai, baru ke warnet untuk memindahkan semua file dari inbox facebook ke word. Itu pun mencari waktu luang ketika Asma sudah tidur pulas.

Sakit hati ketika mau mengambil kredit motor, tapi diragukan bisa membayar angsurannya oleh bagian survey karena di rumah tidak ada apa-apa, televisi pun tidak ada. Sampai akhirnya ditemani pinky selama 2 tahun untuk mengobati kesedihan. Belum lagi selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang merasa dirinya 'kaya'. Mereka seolah tak peduli dengan hati yang selalu tersakiti. (Baca selengkapnya)


Penulis BUKAN Menantu Idaman




Anisa AE - Penulis adalah menantu idaman, siapa bilang? Walaupun saya adalah seorang penulis, tapi menolak mentah-mentah tentang hal ini. Kenapa begitu? Karena saya tahu bagaimana dunia penulis itu. Eits, tak ada hubungannya dengan profesi, ya? Karena profesi semua sama menurut saya.

Penulis sama halnya dengan reporter, polisi, guru, petani, nelayan, dan profesi yang lainnya. Lantas? Kenapa harus menjadi menantu idaman? Andai penulis memang benar menantu idaman, lantas bagaimana dengan profesi lain? Apa mereka bukan menantu idaman? Nah lho? Ini seperti pilih kasih. Kasihan yang lainnya dong ....

Lantas, seperti apa kriteria menantu idaman saya? Hahaha, padahal Asma baru 4 tahun, tapi saya sudah kepikiran soal menantu. Profesi apa saja itu adalah calon menantu yang baik, asal bukan pengangguran. Eits, tidak termasuk profesi dengan tanda kutip lho. Setuju? 


Karena Asma adalah anak peremuan, pastinya saya cari menantu laki-laki. Sekali lagi saya tekankan, bukan penulis. Nanti bisa saingan dengan saya. Hahaha. 

Pertama, dia adalah imam yang baik. Mampu menjaga Asma di dunia dan akhirat. Well, ini adalah syarat mutlak calon menantu idaman saya. Tak hanya menjaga Asma, tapi juga menjaga dan baik pada kedua orang tuanya. Jika pada kedua orang tuanya saja sudah baik, apalagi kepada saya dan suami nantinya. 

Yang pasti dan terpenting, harus ada cinta di antara mereka. Semua akan terasa hambar jika tak ada cinta. Sebuah keluarga juga harus dilandasi saling percaya, membantu, dan membutuhkan. Karena seseorang tidak akan bisa terbang hanya dengan satu sayap. Ceilah ....

Pastinya juga harus bekerja dengan mapan. Sebagai orang tua, saya tak ingin Asma kelaparan atau tidak terpenuhi sandang papannya. Ya jelaslah, orang tua mana pun pasti menginginkan hal itu. (Baca selengkapnya)

Owner Penerbit HARUS Membaca, Sebelum Terjadi Fitnah



Owner Penerbit Harus Membaca

Anisa AE - Pagi ini ketika alarm BB berbunyi, saya dikejutkan oleh salah satu BBM dari Penerbit Defa, salah satu lini AEP. Kenapa? Karena ada salah satu penerbit (memakai nama akun penerbit) yang menanyakan tentang sesuatu. "Katanya AE Publishing, semua lininya akan muncul di perpusnas, mana buktinya?"

Sebagai owner, pasti saya langsung online dan menjawab pertanyaan tersebut. Kenapa? Karena di sana jelas tertulis nama AE PUBLISHING dan seharusnya pertanyaan tersebut ditujukan kepada AE, bukan kepada Defa yang jelas-jelas masih lini baru. Karena takut salah ngomong, Defa pun menghubungi saya.

Saya tertawa ngakak setelah membaca dan tahu penerbit apa yang bertanya seperti itu. Salah satu penerbit yang mungkin juga lini (karena di perpusnas tidak ada) yang ownernya juga masih ABG sekali. Pastinya pemikirannya pun labil, sampai tidak bisa membaca tiap update yang saya tulis tentang lini AE seperti dalam "Lini Indie adalah Kebohongan Publik". 

Yang saya heran, dia meminta bukti kepada Defa dengan modal "KATANYA". Katanya? Kata siapa? Jelas saja yang mengatakan itu pasti juga tidak tahu update AE yang selalu saya tulis. Mungkin juga tidak membaca secara teliti per paragraf, hingga meminta bukti seperti itu.

Cuplikan Akta Notaris CV AE

Memang dulu tiap lini AE bisa dicari di perpusnas, seperti Penerbit Oksana (Diem Ilmi) dan UNSA Press (Dang Aji Sidik). Kenapa? Karena dalam akta notaris dicantumkan nama penerbit tersebut. Tentu saja mereka membayar 500 ribu sebagai penggantian akta lama ke akta baru. Bisa tanyakan ke owner masing-masing berapa saya menarik dan fasilitas apa yang mereka dapatkan.

Lalu, karena ada masalah, seperti yang pernah saya jelaskan sebelumnya, untuk lini baru 100% GRATIS. Namun, dalam prelims dan di cover buku harus ada AE. Kenapa? Karena AE adalah induk dan lini di bawahnya, perpusnas pun tahu hal tersebut karena mereka punya data prelimsnya. Bahkan AE mengharuskan tiap lini untuk mengirimkan 2 bukti terbit kepada perpusnas dan 2 buku lagi kepada AE sebagai dokumen yang nantinya bisa dibuat pertanggungjawaban. (Baca selengkapnya)