Latest News

Tampilkan postingan dengan label Cerita Asma. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Asma. Tampilkan semua postingan

Belajar Wirausaha di Pasar Takjil




Babyae - Hari pertama puasa, di depan rumah ada pasar ta'jil yang digagas oleh warga rt 4. Saya sangat senang pastinya karena tidak perlu keluar rumah untuk mencari menu berbuka puasa. Ibu dan Asma lebih antusias karena mereka berjualan rambut nenek di sana.

Lokasinya tepat di depan rumah saya, di belakang pasar Kepanjen. Awalnya saya ragu karena di sini jalur satu arah dengan kendaraan cepat. Tak disangka, Asma malah semakin semangat dalam berjualan.

Hari pertama puasa, Asma sudah berhasil menjual rambut nenek sebanyak 16 bungkus. Suatu hal yang luar biasa menurut saya karena ini adalah pertama kalinya dia berjualan. Apalagi ditemani oleh teman-temannya, dia bisa belajar banyak hal.

Asma ternyata tidak malu dalam berjualan. Selain itu, dia bisa menghitung uang kembalian untuk pembeli dengan benar. Luar biasa untuk saya.

Kelinci Kesayangan Machin

Baby AE - Hari ini, kami sekeluarga menyempatkan diri untuk berakhir pekan ke Stadion Kanjuruhan. Dekat sih dan itu sudah biasa, namun ada sesuatu yang tidak biasa.

Saat hape tidak berbunyi tang ting tung, di situlah istimewanya.

Setelah semua pekerjaan rumah selesai, kami pergi ke stadion. Sudah menjelang siang, hampir jam 8.

Sesampainya di sana, bukannya jalan-jalan, Machin berhenti ke tempat orang jualan sepatu roda. Matanya berbinar. Duh, mana bisa saya berkata tidak jika dia sudah menginginkannya lebih dari dua minggu.

Kami pun sepakat untuk membeli sepatu roda dengan uang dari kelinci kesayangan. Celengan plastik berbentuk kelinci yang sudah lama dimilikinya. Dia tersenyum bahagia, memilih dan mencoba sepatu roda. Tak lupa juga pengaman untuk siku dan lututnya agar tidak terluka saat jatuh. Helm pun tak ketinggalan.

Selesai, memang bukan barang mahal dan bermerk, tapi setidaknya dia bisa merasa puas jika mempunyai barang dari hasil tabungannya sendiri. Tidak melulu bunda. Dan ... demamnya turun. Apa jangan-jangan dia sakit karena terlalu memikirkan sepatu roda?

Semoga dia kelak selalu seperti itu. Menabung untuk mendapatkan barang yang dia inginkan.

Salam sayang dari Bunda buat Machin.

Bunda Cantik Sekali

Baby AE - Bagaimana rasanya jika lelah menerpa saat pekerjaan menumpuk? Sedih rasanya, tapi memang sudah seharusnya istirahat. Saya selalu sholat jika lelah. Air wudhu terasa menenangkan dan saat beraktivitas lagi, rasanya tenaga bertambah 50%.

Hari itu, setelah sholat Dzuhur, saya kembali ke ruang kerja. Bukan ruang kerja sih tepatnya, tapi ruang tamu tempat saya kerja.

Asma memberi sebuah kejutan yang membuat hati saya terasa adem. Sebuah tulisan di atas kertas HVS diletakkan di atas laptop saya. Kelihatannya biasa saja, tapi luar biasa untuk saya. Dia memang sangat bisa membuat hati saya berbunga.

Bunda Cantik Sekali, tertulis di sana dengan tulisan yang besar-kecilnya belum tertata dengan rapi. Bukan soal tulisannya, tapi arti yang terkandung di dalamnya. Semangat yang diberikannya untuk saya ketika lelah.

Bunda sayang Kakak Asma.

Saat Bunda Anisa AE Sakit





Baby AE - Sudah beberapa hari ini saya merasa kurang enak badan. Batuk pilek, seluruh keluarga. Mulai dari Asma yang minum es pin*, ayahnya ikut sakit, Ilmi juga batpil, lanjut ke saya. Rasanya sangat menyiksa.

Asma rewel saat sakit, tapi tidak mau jauh dari adiknya. Hasilnya, Ilmi juga batuk pilek, dia rewel tiap malam. Sampai akhirnya saya juga ikutan sakit. :(

Tapi ada sesuatu yang membuat saya berdecak kagum. Kak Asma sudah mengerti tanggung jawab. Saat Bunda sakit sampai tak kuat bangun, dia yang angkat baju dari jemuran, juga bantu Bunda lipat baju.



Dia pun ingin bisa mencuci baju, agar jika Bunda sakit, dia bisa mencuci bajunya, baju adik, juga baju Bunda. Duh salehahnya ....

Pas Bunda ke dokter, Kakak tidak rewel, bahkan dia mengkhawatirkan saya, takut pingsan di jalan. Lalu dia menjaga adik agar tidak bangun. Sampai saat saya datang, mereka tidur berdampingan.

Sehat terus ya Nak .... Jadi anak salehah yang bisa membanggakan Bunda. :*

5 Manfaat Pokemon Go untuk Anak



Jalan-Jalan Pagi

Baby AE - Bukan hal baru lagi kalau soal Pokemon Go! Banyak yang bilang itu permainan buatan orang Yahudi yang memang ingin menyesatkan orang Islam. Apalagi banyak pokestop yang lokasinya di tempat peribadatan. Dengan banyaknya berita miring tentang Pokemon Go!, tak ayal saya pun jadi penasaran.

Saya pun mencobanya dan memang berasa asik, beda dengan game COC ataupun yang lainnya. Tapi bukan ibu namanya jika tidak menyiasati tiap permainan dengan positif. Karena Asma pun tak mungkin ketinggalan informasi soal game ini. Pasti dia akan bertanya saat temannya menceritakan soal Pokemon Go!. Saya pun bisa merasakan manfaat permainan Pokemon Go! untuk anak balita seukuran Asma.

Yup, saya malah mengajari Machin (Asma Chinta) untuk bermain Pokemon Go!. Kenapa? Karena saya bisa mendapatkan banyak manfaat dari permainan tersebut untuk kami berdua. Ya, kami memainkannya bersama. Beda dengan permainan anak lain yang bisa dimainkan olehnya sendirian.

Mencari Pokemon



1. Belajar Memahami Peta
Saya mengajari Asma bagaimana situasi lokasi di sekitar rumah kami. Menjelaskan ini gang apa, itu gang apa, sampai pada gang-gang sempit sekalipun. Asma jadi mengerti dan hafal nama jalan beserta rumah siapa saja yang ada di sana. Jadi, tidak hanya mencari Pokemon, Asma pun mulai memahami lokasi-lokasi di sekitar rumah. Untuk usianya yang baru 5 tahun dan rawan sekali tersesat jika bermain di luar rumah, ini sangat membantu.

2. Olahraga
Pokemon yang dicari dengan berjalan kaki dan berlari membuat tubuh kami sehat. Apalagi jika mendapat telur, telur tidak akan menetas jika kami tidak berjalan jauh sesuai dengan yang ditetapkan oleh telur tersebut. Mulai dari 2-5km dan kami menikmati berjalan sambil berburu pokemon. Waktu-waktu mencari Pokemon pun memang saya targetkan pada pagi hari di hari Minggu. Jadi memang benar-benar olahraga pagi.

3. Belajar Membaca dan Menghafal
Untuk usianya saat ini, jelas masih terbata dalam hal membaca. Inilah saatnya saya mengajarinya membaca dengan happy. Dia suka, saya juga. Dia membaca nama-nama lokasi pokestop dan menghafalkannya. Karena lokasinya berada di tempat-tempat ramai seperti Kantor Pos, masjid, dan kantor-kantor, Asma pun menghafalkan nama masjid dan kantornya. Tak jarang saya menjelaskan tentang kantor tersebut secara singkat.

Di Taman Contong

4. Belajar Agama
Kok bisa??? Padahal yang lain menyebarkan berita bahwa masjid itu blablabla. Sudahlah, saya tak terlalu peduli berita miring. Yang penting adalah manfaat positifnya. Kami bisa mencari Pokemon setelah sholat di masjid. Jadi, saat datang ke masjid, hape dimatikan. Saat pulang, baru dinyalakan. Kebetulannya lagi, tak perlu menunggu lama di masjid. Karena jika sudah memutar pokestop, akan berwarna ungu, kami harus menunggu lama agar menjadi biru lagi. Solusinya? Cari pokestop lain atau pulang.

Saya pun menekankan pada Asma, "Tuh Pokemonnya saja sering muncul di masjid, artinya kita harus sering-sering mengunjungi masjid juga. Masa' kalah sama Pokemon sih?" Dan selalu kami akhiri dengan tos dan tertawa bersama.

5. Semakin Dekat
Karena banyaknya aktivitas kami masing-masing, mencari Pokemon kami lakukan hanya pada hari Minggu saat dia libur sekolah. Saya selalu meluangkan waktu agar hubungan kami makin dekat. Banyak canda tawa di Minggu pagi, sekalian olahraga, jalan-jajan, dan juga dapat Pokemon.

Nah, kalau kalian bagaimana? Sudah main Pokemon Go! atau belum? Atau masih ragu untuk memainkannya? Ini kisah singkat saya dengan Asma.





Tab Evercoss Baru Milik Asma




Baby AE - Kemarin lusa sebelum masuk sekolah, Asma ngotot minta beli tab, itu saya belikan yang China seharga 800 ribu. Itu pun dari hasil uang yang didapatkannya saat Lebaran kemarin dan hasil dari penjualan hapenya yang khusus untuk game. Sebenarnya saya ingin belikan kapan-kapan, tapi karena dia mau membeli dengan uangnya sendiri, akhirnya kami sepakat untuk membuka tabungannya.

Karena memakai uangnya sendiri, dia pula yang memilih tab apa untuk dibeli. Kami keliling ke beberapa counter untuk melihat tablet yang dijual. Harga yang lumayan fantastik akhirnya membuat saya memilih tablet china. Toh ketika Asma sekolah, saya pun bisa ikut memakainya.

Dia senang sekali mendapatkan tab baru, walau akhirnya pun jarang dipakai. Saya yang sering memakainya, terlebih ketika dua hape juga ikut terjual untuk biaya sekolah Asma dan kehidupan sehari-hari.

Saya memang berkomitmen untuk tidak menggunakan uang Asma jika memang ada yang 'harus' saya penuhi untuk kehidupannya. Jika untuk kesenangannya yang lain, saya biasakan dia agar menabung dari uang saku harian yang saya berikan, Alhamdulillah itu berlangsung sampai saat ini. Dia pun tidak manja jika menginginkan sesuatu.

Semoga Asma menjadi anak salehah dan bisa mengerti kedua orang tuanya.

Asma, Maafkan Bunda



Karya Kolaborasi
Anisa AE - Selesai acara parenting di sekolah TK, saya tak tahu apa saja yang dibahas. Karena memang tidak diberitahu, walaupun kakak saya adalah wali kelas Asma di TK. Apa ada pengecualian buat saya yang tidak bisa hadir di acara parenting? Tidak sama sekali.
Hari Senin, Asma menggambar sendiri. Katanya, disuruh gurunya untuk menggambar. Dengan semangat 45, dia siapkan kertas dan crayon untuk menggambar. Tak lupa pensil dan penghapus. Rencananya menggambar Elsa, tokoh dalam film Frozen.



Saya pikir itu hanya aktivitas biasa, karena saya tak mendapatkan info apa pun tentang hal ini. Hari ini pun Asma membawa hasil gambarnya ke sekolah, katanya sih dikumpulkan ke sekolah. Dia bahagia, itu adalah hasil kerja kerasnya sendiri, tanpa bantuan saya. Dia bahkan meminta saya memotret hasil kerjanya yang belum selesai sepenuhnya. 

Sampai pada beberapa jam lalu, kakak saya uplod sebuah foto cantik. Kolaborasi antara ibu dan anak. Saya terkejut. Jujur saja, ada rasa sakit di hati saat melihat gambar tersebut. Kenapa tidak ada yang memberi tahu saya? Bahkan kakak saya sendiri yang menjadi wali kelas Asma. Apa begitu tidak berharganya saya dan Asma sampai informasi sepenting itu diabaikan? Padahal saat itu saya tidak bisa hadir karena baru selesai operasi.

Karya Asma Sendiri

Air mata saya menetes pelan malam ini. Ingin rasanya berteriak pada kakak, "Beratkah memberi tahu saya barang sebentar saja?" dan memeluk Asma dengan erat.

Asma, maafkan Bunda yang tidak berharga dan tidak bisa berkolaborasi menggambar denganmu. Maafkan Bunda yang tidak bisa mendampingimu pada acara parenting kemarin. Maafkan Bunda. Semoga tahun ajaran baru nanti kita jadi pindah sekolah ke Mojokerto. :'(

Demi Tongkat Frozen




Baby AE - Hari ini, Asma resmi membuat lubang di bagian bawah celengan ayamnya. Yup, dia membuka celengan yang sudah dua bulan ini dia isi. Isinya pun jelas tidak seberapa karena semua dikumpulkannya saat mendapat uang saku dari saudara ataupun sisa uang jajan saat mengaji.
Asma memang hanya mendapat uang jajan sehari sekali. Itu pun hanya dua ribu rupiah. Terkadang uang itu habis, kadang juga ada kembalian yang dia tabung.

Sudah seminggu ini dia ingin tongkat Frozen seperti milik temannya. Sebuah tongkat yang berdesain Elsa, bisa mengeluarkan lagu seperti di film Frozen, serta di atasnya ada lampu yang bisa berputar. Mirip dengan lampu bintang yang biasa digunakan sebelum tidur.



Karena memang sedang tak punya uang, saya pun hanya mengatakan lain kali. Sayangnya dia sudah tak sabar ingin punya tongkat tersebut. Hasilnya, dia mengatakan akan memecah celengan ayam untuk membeli tongkat itu.

Sesak rasanya. Untuk sebuah tongkat saja dia harus memakai uangnya sendiri, tapi dari sanalah dia belajar.

Mulai hari Senin, uang sakunya dikumpulkan ke dalam celengan karena saya berkata uangnya kurang dan akan membeli di hari Minggu. Dengan tak sabar, dia terus bertanya kapan itu hari Minggu. Sampai saya bosan berkali-kali menjelaskan padanya.


Sampai pada kemarin, 15 Mei 2016. Asma membuka celengannya sendiri, mengeluarkan uang di dalamnya, lalu kami pun menghitungnya dengan seksama. Akhirnya total keseluruhan uang yang ada di celengannyai  sekitar 250.000. Lumayan banyak, sepertinya masih sisa jika untuk membeli tongkat frozen.

Akhirnya dengan diantar Ayah, Asma pergi ke toko mainan. Cukup lama, namun pulangnya membawa tongkat idamannya. Dengan senyum lebar, dimainkannya tongkat tersebut. Saat itu, dia juga belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu, tidak ada yang instan, semuanya perlu perjuangan.

Ah, demi sebuah tongkat frozen.

Ketika Asma Dibully Anak Guru




Anisa AE - Orang tua mana yang bisa sabar menghadapi pembullyan di hadapannya sendiri? Itu yang terjadi pada saya beberapa minggu ini. Bayangkan, anak saya dibully di depan mata. Sakit ....

Oke, mungkin sebagian orang menganggap hal ini terlalu lebay. Termasuk ibu dari si tukang bully. Tapi tidak bagi saya. Pembullyan seperti ini akan sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya, sifat-sifatnya pun akan ikut seperti tukang bully tersebut. Entah orang tua tukang bully ini sadar atau tidak.

Beberapa hari ini libur sekolah, Asma tentu saja tidak mempunyai teman di rumah. Datanglah tukang bully yang umurnya 3 tahun di atas Asma tersebut ke rumah. Dia mengajak Asma bermain. Tentu sebagai ibu, saya senang. Artinya Asma punya teman.

Tapi lama-lama saya menemukan hal yang janggal. Sangat janggal. Asma jadi berani membantah saya, berani memajukan bibir saat saya marah, berani berbohong, bahkan sampai berani mengambil uang di  atas meja ketika akan digunakan untuk membayar buku. Well, ini sudah benar-benar keterlaluan.

Memang saya masih mendiamkannya ketika masuk dalam kategori wajar. Saat Asma harus mengalah ketika baju dan sandal barunya dipakai oleh si tukang bully, yang jelas kekecilan ketika dia pakai. Saat si tukang bully membisiki Asma buat membuka kue Lebaran yang saya jual, padahal kue itu pedas, dan Asma tidak suka pedas. Saat si tukang bully memakai sepeda mini dan Asma tak boleh memakainya. Saat si tukang bully mengajak Asma untuk mengambil parfum dan kosmetik dari lemari, lalu memakainya. Semua terjadi di depan mata saya selama berhari-hari. Bayangkan betapa sakitnya hati saya saat itu. Apalagi dulu saya juga sering dibully.

Ketika dia bilang, "Awas kamu kalo gak mau temenan sama aku! Tak laporkan ke ibuku, biar tidak dibelikan baju ma Ibu!"

Saya pikir, oh anak-anak. Mungkin cuma hal biasa agar diajak bermain bersama.

Namun hal berbeda ketika Asma berkata pada saya, "Bun, si x biar nginep di sini, ya? Besok dia belikan baju baru, ya?"

Saya kaget. Menginap di rumah saya, terus saya yang belikan baju dia? Enak saja. Uang dari mana coba untuk membelikan baju dia? Wong baju lebaran Asma saja hanya saya belikan satu, lainnya dibelikan Tante Putri dan Tante Nur. Itu pun Asma sangat memaksa saya. 

Ketika saya tanya Bunda dapat uang dari mana, Asma malah menjawab, "Bunda kan kerja! Masa' gak punya uang?"

Terus terang, saya makin kaget. Padahal beberapa minggu yang lalu, Asma saya beri pengertian bahwa tidak usah membeli baju baru, uangnya untuk membayar masuk sekolah TK. Asma juga menjawab hal itu pada si tukang bully yang bertanya, "Kamu beli baju berapa buat Lebaran? Bajuku lho bagus-bagus. Aku punya baju manten, punya baju peri, bla bla bla!"

Sumpah, saya stres dibuatnya. Bingung antara mengusir si tukang bully yang akan berujung pada pertengkaran antar orang tua jika si bully itu melaporkan pada orang tuanya. Atau membiarkan mereka bermain dengan Asma yang selalu dibully dan mengajarkan hal tidak baik.

Sampai hari ini terjadi, uang 100 ribu raib di atas meja. Padahal uang itu akan dipakai Bidin untuk membayar ongkir buku di JNE. Dia saja kelabakan mencari uang tersebut, padahal baru saja saya letakkan di atas meja. Saya jelas kelabakan, apalagi membayangkan jika uang tersebut hilang.
Tak pernah ada di pikiran bahwa Asma akan mengambil uang tersebut, karena Asma tahu bahwa uang yang dipakai buat beli jajan adalah yang berwarna biru dan hijau (seribu dan dua ribu), saya tak pernah mengajarkan tentang uang yang lebih dari itu. Kalau Asma mendapat uang yang berbeda, dia akan meminta izin pada saya dan minta saran ditabung atau buat jajan.

Namun, saya langsung mencari Asma ke toko jajan langganan, feeling mengatakan bahwa uang itu diambil oleh Asma atas hasutan si tukang bully. Hasilnya benar. Asma membawa dua jajan dengan uang seratus ribu wutuh di genggamannya. Si bully langsung lari ke rumahnya ketika melihat saya menghampiri dengan wajah marah.

Saya kembali ke rumah dengan menyeret Asma. Ini sudah keterlaluan. Seperti pencuri saja. Kalau sejak kecil sudah begini, bagaimana nantinya? Saya langsung mengambil uang kecil dan menuju toko tempat Asma mengambil jajan. Di sana penjualnya bercerita tentang kronologis bagaimana Asma dan tukang bully itu membeli jajan. Semua karena tukang bully.

Sungguh saya gregetan, habis sudah kesabaran. Tanpa pikir panjang langsung ngomong ke nenek si tukang bully yang saat itu ada di depan rumahnya. Jelas saja neneknya membela mati-matian, berkata bahwa dia di rumah. Tanpa banyak omong, saya langsung suruh tanya sendiri ke penjual jajan.  

Saya pun BBM ibu dari tukang bully yang seorang guru dan menceritakan semuanya. Semua kelakuan anaknya di rumah saya. Terang sebagai ibu, dia membela anaknya, padahal saya tahu bahwa ibu tersebut sering di luar rumah dan si tukang bully diasuh neneknya. Saya suruh tanya juga ke penjual jajan.

Tak berapa lama, ibu tukang bully itu BBM saya, katanya si anak tidak mengaku, padahal sudah dipukul habis-habisan sampai kayu patah. Gila! Apa itu pantas dilakukan oleh seorang ibu? Padahal dia adalah guru TK dan baru saja lulus S1. Ya, walaupun saya tak mendapati suara tangis tukang bully itu dari rumah, padahal rumah kami nempel plek.

Saya pun memberi tahu bahwa tukang bully itu kurang kasih sayang dan perhatian, tapi saya malah dibilang kemeroh. Hufts, jadi ingat dulu saat kecil kami main bersama, bahkan Al-Quran terjemahan saya dipinjam belum dikembalikan selama bertahun-tahun. Dari zaman sekolah dulu sampai saat ini.

Terang teman saya itu tidak terima saya mengatakan yang sebenarnya. Apalagi hal-hal buruk tentang anaknya. Mana ada ibu yang rela jika anaknya dijelek-jelekin di depannya? Sepertinya banyak ibu yang suka kalau anaknya dibagus-bagusin saja. Oh no. Tapi itu bukan tipe saya.

Saya tahu bagaimana salah, tapi tidak ada yang memberitahu. Hasilnya, banyak teman yang menjauh. Karena sayang, saya tak ingin hal itu terjadi pada anak teman saya. Apalagi tidak hanya saya yang tahu bahwa dia tukang bully, tapi para tetangga juga. Sayangnya tak ada yang mengatakan itu pada keluarganya. Miris.

Saya hanya kasihan bagaimana mental si tukang bully tanpa perhatian yang benar dari orang tuanya. Orang tua yang tak mau menerima kritik dari orang lain, pun tak mau belajar. Padahal teman saya itu paling suka mengkritik saya. 

Masih teringat di otak ketika saya membuang sampah di tempat sampah dan dia bilang bahwa saya tak boleh membuang sampah di tempat sampahnya. Apalagi di belakang rumahnya masih banyak sampah yang belum ditaruh di tempat sampah depan. Ketika saya tanya Ibu, Ibu berkata bahwa tempat sampah itu dibeli oleh Ibu, bukan keluarganya dia. Ingin sekali saya marah, tapi apa gunanya?

Ah, sepertinya Ramadhan ini adalah ujian besar bagi keluarga saya.

Jangan lupa tinggalkan komentar, follow blog, dan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Nanti akan langsung saya follback buat yang komentar langsung. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae dan FP Anisa AE biar dapat update info tiap hari ^^v

Ambulan Hello Kitty




Anisa AE - Malam itu, saya dan Asma asyik melihat film Doraemon. Ya, kami memang sering menghabiskan waktu dengan menonton film. 

Tiba-tiba saja Asma mengambil buku dan bulpoint. Lalu kembali diduk di pangkuanku. Kulirik dia sebentar. O ow .... Dia terlihat sangat serius menggambar.
"Ini mobil ambulan, Bunda," katanya memberi penjelasan setelah menyadari lirikanku.

"Ow ...."

Aku masih belum memahami imajinasinya. Ambulan sepanjang itu?



"Nah, ini lampu di atas mobil. Buanyak lampunya."

"Kenapa banyak, Nak?"

"Agar ambulannya gak usah berhenti kalo jalan."

"Ow .... Tapi, kenapa ambulannya panjang bangat?"

"Iyalah .... Biar muat banyak orang sakit!"

"Masaklah? Kenapa bisa gitu?"

"Iyalah .... Agar banyak orang bisa cepet sampai rumah sakit! Bunda ini gimanalah?" katanya dengan menekankan kata  'lah' di dalam kalimatnya.

Hatiku tertohok mendengarnya. Asma bisa berpikiran seperti itu? Usianya saja belum 4 tahun, "Trus, itu ambulannya milik siapa?"

"Bunda, nanti kalo kita punya uang, kita beli ambulan seperti ini, ya?"

"Ya ... lama dong?"

"Ya iyalah .... Tapi gak lama kok, tunggu celengan hello kittyku penuh!" katanya bersemangat sambil menggoyang celengan di sebelahnya.

Semoga sifatnya yang seperti itu tak tergerus oleh waktu.

Jangan lupa follow blogku dan tinggalkan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae biar dapat update info tiap hari ^^v

Tertipu Dengan Bingkisan dari Radindra




Asma dengan Baju baru

Siang tadi sepulang sekolah, ada paketan di atas meja AEP. Kata Meiga, itu paketannya dari Pak POS. Tanpa menunggu waktu lebih lama, saya segera membuka paketan yang ternyata dari Radindra (ada nama pengirim di bungkusnya :p)

Dengan semangat 45, saya mulai menerka apa isi paketan tersebut. Saya pikir si Radind mau ngasih gamis, soale kan saya gak punya gamis. Wkwkwkw. PD tingkat tinggi. Namun, kalau ditimbang-timbang, sepertinya jilbab lebar, soalnya kalo jilbab tipis juga gak mungkin. Mei dan Bidin pun menerka kalau isinya jilbab.


Daripada semakin penasaran, akhirnya saya ambil bulpoin untuk merobeknya. Capek nyari gunting gak ketemu-ketemu. Sampai akhirnya terbukalah bungkus pertama. Eits, masih ada bungkusnya lagi. Kontan saja si Mei dan Bidin tertawa, sedangkan Asma yang dari tadi melihat aktifitas ibunya cuma melongo, heran kaya'nya. :D

Bungkus ke dua dibuka, eh ada kreseknya lagi. Ya ampun .... merasa dikerjain ma si Radind, tapi seneng juga soale kan hadiah. Heheheh. Apalagi dilihat dari kreseknya yang putih dan tembus pandang, ada banyak kupu-kupu. WOW! Radind keren banget sih ngasih aku jilbab kupu-kupu. ^^v

Sampai akhirnya .... TARA!!!

Baju Baru

Muncullah baju mungil nan cantik yang bermotif kupu-kupu. Kontan si Meiga dan Bidin yang dari tadi melihat makin ngakak tertawanya. Ternyata oh ternyata .... Bukan jilbab, melainkan baju buat putri kecilku. Hais ....

Asma pun langsung merebut bajunya dan ikut tertawa, seakan tahu kalau baju itu memang diberikan Om Radind khusus untuknya. Halah ... emang dasar si Asma.

Tanpa menunggu waktu lebih lama, Asma langsung minta dipakaikan baju baru sambil tersenyum senang. Seneng banget malah karena dia suka kupu-kupu dan pitanya. Dia langsung minta foto dan action di depan rak buku taman baca AE. Well, sampai saya menulis ini, bajunya belum dilepas.

Makasih buat Om Radindra atas baju cantiknya. Asma suka banget. Sering-sering aja ngasihnya. Heheheh

Jangan lupa follow blogku dan tinggalkan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae biar dapat update info tiap hari ^^v

Aku Pintal Kelja!



AE Publishing
Asma Memberi Stampel Buku

Mengikutsertakankan si kecil ketika melakukan pekerjaan rumah pasti menyenangkan. Apalagi ketika dia mulai mengerti bahwa mencari uang itu tidak mudah. Uang didapatkan dengan bekerja.

Ini hal mudah yang dilakukan Asma ketika saya sedang memberi stampel pada buku-buku yang ada di rak buku. Rencananya, buku-buku tersebut akan saya pinjamkan kepada masyarakat di sekitar tempat tinggal saya yang gemar membaca.


Asma Memberi Stampel Buku

Buku yang kebanyakan adalah koleksi pribadi (penuh perjuangan karena plus tanda tangan penulis) akhirnya akan bisa mulai dibaca oleh masyarakat. Untuk memberi tanda pada buku-buku tersebut, saya memberikan stampel AE Publishing di dalam halaman buku dan di depan buku.



Asma pun dengan senang hati ikut memberi stampel. Walaupun keringat mulai menetes dari keningnya, dia tetap tersenyum dan berteriak, "Aku pintal kelja!"

Ah, rupanya dia sangat mengerti jika pekerjaan Bundanya bergelut dengan buku. Dia pun sangat suka jika saya membawakan oleh-oleh buku dan membacakan dongeng untuknya.

Semoga dia kelak menjadi generasi yang selalu tak lepas dari buku.

Celana Dalam Asma



Asma, gadis kecilku yang ini mau berusia 3 tahun. Tadi pagi dia agak rewel karena bangun lebih pagi dari biasanya. Dia juga tak mau keramas, sudah hampir 1 minggu rambutnya tak tersentuh sampo. Akhirnya tadi kumandikan dengan paksa. Dia pun menangis dan mencari neneknya, tak mau memakai baju seragam yang telah kusiapkan. Namun, dia tetap mau berangkat sekolah bersamaku, pastinya ditunggu sampai jam pulang sekolah. Di sekolah, dia tak rewel. Malah bermain dan berbagi kue dengan teman-temannya.

Tiba-tiba dia minta ditemani ke kamar mandi, begitu aku mau berdiri, dia menolak dan berlari ke Bunda Geta, gurunya. Saya sih enjoy saja, apalagi ketika Bunda Geta menahan senyum ketika melihatku.


Jam pulang sudah tiba, setelah mengantar barang pesanan yang biasanya saya bawa ke sekolah dan pulangnya ke JNE dulu, aku pun pulang. Sampai rumah, Asma langsung minta ke kamar kecil, mau pipis katanya. Ketika kubuka celananya, aku terbahak, ternyata Asma memakai celana dalamku. Pantas saja Bunda Geta tadi menahan senyum.

Aku tertawa terbahak-bahak sambil bercerita pada neneknya yang ada di dapur. Kami bertiga tertawa bersama-sama. Tak terbayang kalau ternyata celana dalamku dipegang Bunda Geta, apalagi tadi di dekat kamar kecil ada banyak wali murid yang menunggu anak mereka.

Malunya .... :D