Acara drawing ulang tersebut disiarkan secara daring melalui kanal resmi PSSI, dan seperti biasa, publik antusias menyimak hasil pembagian grup tim-tim Liga 4. Namun, alih-alih fokus pada nama-nama tim dan format kompetisi, perhatian warganet justru tertuju pada penggunaan efek transisi video yang dinilai "kurang pantas" dan "terlalu teatrikal".
Transisi bergaya "zoom dissolve"—yang biasanya digunakan dalam video pernikahan atau slideshow keluarga—tiba-tiba menjadi bintang dalam acara resmi tersebut. Beberapa netizen bahkan menyebutnya sebagai "transisi nikahan" yang tidak relevan dengan atmosfer sepak bola.
"Ini drawing Liga 4 atau video prewed?" tulis akun @bolakita di Twitter.
Tak sedikit pula yang menyarankan agar PSSI lebih profesional dalam mengemas siaran daring resmi mereka, apalagi di tengah upaya meningkatkan kepercayaan publik terhadap tata kelola liga di tanah air.
Sementara itu, PSSI sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait kritik tersebut. Namun, pelaksanaan drawing ulang ini tetap menjadi bagian penting dari reformasi kompetisi sepak bola nasional yang kini menyasar hingga ke level terbawah, Liga 4.
Meski dibumbui oleh drama transisi visual, publik tetap berharap kompetisi berjalan lancar, transparan, dan penuh semangat sportivitas.