Latest News

Rupiah Anjlok Sepanjang Sejarah, Lewati Krisis 98 dan Covid-19



Surabaya, Jatimku.com – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mengalami penurunan tajam yang tercatat sebagai yang terburuk sepanjang sejarah. Mata uang Indonesia ini bahkan melampaui level kerugian yang terjadi selama krisis ekonomi 1998 dan dampak pandemi Covid-19 yang melanda dunia beberapa tahun lalu.


Menurut data terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI), per 6 Maret 2025, nilai Rupiah tercatat mencapai posisi terendah sepanjang masa, menyentuh angka lebih dari Rp 18.000 per Dolar AS. Penurunan ini menunjukkan bahwa Rupiah mengalami depresi yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan krisis ekonomi Asia pada 1998 dan saat pandemi Covid-19 yang sempat memukul perekonomian global.


Penyebab Anjloknya Rupiah

Analis ekonomi dari berbagai lembaga menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang berperan besar dalam anjloknya nilai tukar Rupiah saat ini. Salah satunya adalah ketegangan geopolitik global yang mempengaruhi sentimen pasar dan investor. Kenaikan suku bunga yang agresif oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) juga turut menyebabkan penguatan Dolar AS, yang semakin membuat tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah.


Selain itu, defisit transaksi berjalan yang semakin membesar, serta tingginya impor bahan baku dan energi, menjadi penyebab lain yang memperburuk kondisi perekonomian Indonesia. Kenaikan harga barang-barang pokok di pasar internasional semakin membebani Indonesia sebagai negara pengimpor energi.


Dampak Anjloknya Rupiah

Anjloknya nilai Rupiah ini berpotensi menambah beban inflasi dalam negeri, yang saat ini sudah berada di level yang cukup tinggi. Kenaikan harga barang impor akan langsung berdampak pada harga barang konsumsi di pasar domestik, yang pada gilirannya akan meningkatkan biaya hidup masyarakat.


Masyarakat yang bergantung pada barang-barang impor atau produk yang terpengaruh oleh nilai tukar Rupiah juga diperkirakan akan semakin merasakan dampak langsungnya. Hal ini berpotensi memperburuk daya beli masyarakat yang sudah tertekan akibat harga barang kebutuhan pokok yang melambung tinggi.


Respons Pemerintah dan Bank Indonesia

Menyikapi fenomena ini, pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia terus melakukan upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengurangi dampak negatif dari penurunan Rupiah. Dalam beberapa pernyataan resmi, Bank Indonesia menegaskan bahwa mereka akan terus melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai Rupiah dan mengurangi volatilitas yang berlebihan.


Pemerintah juga telah mengumumkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi tekanan eksternal, seperti memperkuat sektor ekspor, mengurangi ketergantungan pada impor, dan mendorong investasi domestik yang dapat membantu meningkatkan cadangan devisa.


Perekonomian Indonesia Ke Depan

Meskipun situasi saat ini cukup menantang, para ekonom mengingatkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk bangkit. Dengan reformasi struktural, peningkatan sektor digital, serta keberagaman sumber daya alam yang dimiliki, Indonesia dapat tetap mempertahankan daya saingnya di pasar global.


Namun, para ahli ekonomi juga mengingatkan bahwa kondisi geopolitik global dan kebijakan moneter negara-negara besar, terutama Amerika Serikat, akan terus menjadi faktor penentu bagi stabilitas ekonomi Indonesia ke depan.


Hingga saat ini, masyarakat Indonesia dan para pelaku ekonomi masih menantikan langkah-langkah konkret yang akan diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai Rupiah dan mengurangi dampak dari pelemahan mata uang tersebut.