Jawa Timur, Maret 2025 – Menyambut bulan suci Ramadan, masyarakat desa di berbagai penjuru Jawa Timur tetap mempertahankan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Bagi mereka, Ramadan bukan hanya tentang menjalankan kewajiban berpuasa, tetapi juga merupakan momen untuk mempererat tali silaturahmi dan menjaga keharmonisan antarwarga.
Tradisi Ramadan yang Khas di Desa
Di banyak desa di Jawa Timur, bulan Ramadan membawa atmosfer yang berbeda dari kehidupan sehari-hari. Masyarakat desa biasanya lebih mengutamakan kebersamaan dalam menjalankan ibadah puasa. Kegiatan seperti tarawih berjamaah, buka puasa bersama, hingga pembagian takjil menjadi rutinitas yang mempererat hubungan antarwarga.
Salah satu tradisi yang cukup populer di desa-desa Jawa Timur adalah "ngabuburit". Warga desa biasanya berkumpul di masjid atau di lapangan terbuka untuk menunggu waktu berbuka puasa sambil menikmati camilan tradisional, seperti kolak pisang, lontong, atau gorengan. Tradisi ini tidak hanya sekadar menunggu waktu buka puasa, tetapi juga menjadi ajang untuk berbincang dan berbagi cerita antarwarga.
Selain itu, banyak desa di Jawa Timur juga memiliki pawai obor yang digelar setiap malam selama bulan Ramadan. Pawai obor ini menjadi simbol semangat dalam menjalani ibadah puasa dan juga sarana untuk menumbuhkan rasa kebersamaan di antara masyarakat.
Keharmonisan dan Gotong Royong di Tengah Ramadan
Bulan Ramadan di desa juga erat kaitannya dengan nilai-nilai gotong royong. Salah satu contoh yang mencolok adalah kegiatan kerja bakti yang dilakukan bersama-sama untuk membersihkan masjid, rumah warga, dan lingkungan sekitar menjelang Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat desa saling membantu tanpa pamrih, dengan tujuan agar suasana Ramadan terasa lebih khusyuk dan nyaman.
"Ramadan di desa memang sangat terasa kekeluargaannya. Setiap malam setelah tarawih, kami buka puasa bersama di masjid. Selain itu, tradisi kerja bakti juga sangat menyatukan kami. Semua saling bantu, yang muda membantu yang tua," kata Budi, salah seorang warga Desa Sumbertaman, Kabupaten Probolinggo.
Di beberapa desa, zakat fitrah juga menjadi bagian penting dari aktivitas Ramadan. Warga desa biasanya menunaikan zakat dengan cara diserahkan langsung kepada yang berhak, seperti para janda, anak yatim, dan warga kurang mampu. Ini adalah bentuk nyata dari rasa kebersamaan yang sangat dijunjung tinggi dalam masyarakat desa.
Pentingnya Pendidikan Agama dalam Meningkatkan Ibadah
Di tengah-tengah kesibukan menunaikan ibadah puasa, pendidikan agama juga menjadi bagian yang tak terpisahkan. Banyak desa di Jawa Timur yang mengadakan pengajian rutin selama bulan Ramadan. Pengajian ini tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga untuk anak-anak. Hal ini dilakukan agar generasi muda dapat memahami lebih dalam tentang makna puasa dan nilai-nilai yang terkandung dalam bulan Ramadan.
Ustadz Muhammad Arifin, seorang tokoh agama di Desa Madurejo, Kabupaten Jember, menjelaskan bahwa pengajian selama Ramadan bertujuan untuk memperdalam pemahaman masyarakat tentang agama dan memperkuat ukhuwah Islamiyah antarwarga. "Dengan seringnya kita mengadakan pengajian, diharapkan warga semakin tahu dan memahami esensi dari Ramadan. Tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga membersihkan hati dan memperbanyak ibadah," ujarnya.
Menjaga Keharmonisan di Era Modern
Meskipun zaman terus berkembang, masyarakat desa di Jawa Timur tetap berusaha menjaga tradisi dan keharmonisan yang telah ada sejak lama. Kehidupan yang sederhana dan kental dengan rasa kekeluargaan menjadikan Ramadan di desa menjadi momen yang sangat berarti, tidak hanya bagi umat Muslim, tetapi juga bagi seluruh elemen masyarakat.
Ramadan di desa bukan hanya soal ibadah pribadi, tetapi juga tentang bagaimana bersama-sama menciptakan kedamaian, kebersamaan, dan rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Di tengah tantangan zaman, tradisi ini tetap bertahan dan menjadi penopang keharmonisan masyarakat di Jawa Timur.