Jatimku - Ratusan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Mempawah, Kalimantan Barat, menghadapi ancaman serius tidak dapat mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 akibat kelalaian pihak sekolah dalam mengisi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Insiden ini memicu aksi protes dari para siswa dan orang tua yang merasa dirugikan.
Aksi Protes Siswa dan Orang Tua
Pada Senin, 3 Februari 2025, sekitar 115 siswa kelas XII SMAN 1 Mempawah menggelar unjuk rasa di halaman sekolah. Mereka menuntut pertanggungjawaban atas kelalaian pengisian PDSS yang menyebabkan mereka tidak dapat mengikuti SNBP. Salah satu siswa, Muhammad Hafiz, mengungkapkan kekecewaannya, menyatakan bahwa usaha mereka selama lima semester sia-sia akibat kelalaian tersebut. Bagi Hafiz, yang telah kehilangan kedua orang tuanya, SNBP adalah satu-satunya cara untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tanpa biaya tambahan.
Tanggapan Pihak Sekolah
Wakil Kepala SMAN 1 Mempawah, Febrini, menyampaikan permohonan maaf kepada siswa dan orang tua atas kelalaian ini. Ia menjelaskan bahwa pihak sekolah berencana mengunjungi admin pusat SNPMB Kemdikbud untuk meminta perpanjangan waktu pengisian data. Selain itu, sekolah berkomitmen memberikan bimbingan belajar gratis selama tiga bulan bagi siswa yang memenuhi syarat untuk mempersiapkan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) melalui jalur umum.
Respons Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat, Rita Hastarita, telah mengeluarkan surat teguran tertulis kepada kepala sekolah dan operator SMAN 1 Mempawah. Ia menegaskan bahwa dinas telah berulang kali mengingatkan sekolah-sekolah untuk mengisi data siswa sejak 9 hingga 31 Januari 2025. Namun, SMAN 1 Mempawah menjadi satu-satunya sekolah yang tidak menyelesaikan pengisian data tersebut.
Langkah Selanjutnya
Sebagai solusi, pihak sekolah akan mendatangkan bimbingan belajar dari Pontianak untuk membantu siswa mempersiapkan UTBK. Kepala SMAN 1 Mempawah, Endang Superi Wahyudi, menegaskan komitmennya untuk bertanggung jawab dan memastikan siswa mendapatkan fasilitas yang diperlukan agar dapat lulus UTBK dan masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan.
Insiden ini menjadi pelajaran penting bagi institusi pendidikan lainnya untuk lebih teliti dan disiplin dalam mengelola data siswa, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap masa depan peserta didik.