Latest News

Jelang Imlek, Kampung Lampion Kota Malang Kebanjiran Order




Malang, Jatimku.com – Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2025, Kampung Lampion yang terletak di Kota Malang menjadi pusat perhatian. Kampung ini dikenal sebagai salah satu sentra produksi lampion terbesar di Jawa Timur. Tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga memenuhi pesanan dari berbagai kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, hingga Makassar.


Di tengah suasana yang semakin semarak, para pengrajin lampion di Kampung Lampion terlihat sibuk menyelesaikan berbagai pesanan. Tahun ini, mereka mengaku kebanjiran order yang meningkat hingga 50% dibandingkan tahun lalu.


Sejarah Kampung Lampion

Kampung Lampion awalnya adalah permukiman biasa yang bertransformasi menjadi pusat pembuatan lampion sejak dua dekade terakhir. Berkat kreativitas warganya, kampung ini kini dikenal sebagai ikon Kota Malang yang kaya akan seni dan budaya. Setiap tahunnya, kampung ini memproduksi ribuan lampion dengan berbagai desain, mulai dari bentuk tradisional hingga modern.


Permintaan Meningkat Drastis

Menurut Ketua Kelompok Pengrajin Lampion Kampung Lampion, Sugeng Wibowo, pesanan lampion mulai membludak sejak awal Desember 2024. "Setiap hari, kami harus lembur untuk menyelesaikan pesanan. Biasanya, kami hanya memproduksi sekitar 500 lampion per bulan, tapi kali ini permintaan mencapai 1.000 hingga 1.500 unit," ujarnya.


Pesanan lampion ini didominasi oleh motif-motif khas Imlek, seperti naga, bunga sakura, dan tulisan mandarin yang melambangkan keberuntungan. Lampion-lampion tersebut tidak hanya digunakan untuk dekorasi rumah, tetapi juga untuk menghiasi pusat perbelanjaan, hotel, hingga acara komunitas.


Proses Pembuatan Lampion

Membuat lampion bukanlah pekerjaan mudah. Setiap lampion memerlukan ketelitian tinggi, mulai dari tahap pemotongan rangka, pemasangan kain, hingga pengecatan motif. Sebagian besar bahan baku, seperti bambu, kain satin, dan kertas khusus, didapatkan dari pemasok lokal di Malang. Hal ini juga membantu menggerakkan roda ekonomi di daerah sekitar.


Dalam proses produksinya, pengrajin memanfaatkan teknologi sederhana tetapi tetap menjaga unsur tradisional. Hal ini membuat setiap lampion yang dihasilkan memiliki nilai seni yang tinggi. “Kita tetap menjaga tradisi, namun juga berinovasi agar lampion tetap diminati generasi muda,” jelas Sugeng.


Dukungan dari Pemerintah dan Komunitas

Pemerintah Kota Malang turut mendukung perkembangan Kampung Lampion dengan memberikan pelatihan dan bantuan permodalan kepada para pengrajin. Selain itu, pemerintah juga mempromosikan produk-produk Kampung Lampion melalui berbagai event, seperti Festival Malang Night Market dan pameran budaya.


“Kami sangat terbantu dengan dukungan pemerintah. Selain pelatihan, kami juga diberi akses untuk menjual produk di platform online, sehingga pasar kami semakin luas,” ungkap Siti Aminah, salah satu pengrajin.


Komunitas lokal juga ikut berperan dalam mempromosikan Kampung Lampion. Melalui media sosial, mereka rutin mengunggah foto dan video tentang keindahan lampion yang dihasilkan. Hal ini berhasil menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung langsung ke kampung tersebut.


Dampak Ekonomi Positif


Peningkatan pesanan lampion ini membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi warga Kampung Lampion. Banyak warga yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap kini bisa mendapatkan penghasilan dari pembuatan lampion. Bahkan, beberapa warga membuka lapangan kerja baru dengan merekrut tenaga tambahan untuk membantu produksi.


“Alhamdulillah, rezeki tahun ini lebih baik. Dengan meningkatnya pesanan, saya bisa memperkerjakan tetangga yang sebelumnya menganggur,” ujar Sugeng.


Selain itu, wisatawan yang datang ke Kampung Lampion juga ikut menggerakkan sektor ekonomi lainnya, seperti kuliner dan penginapan di sekitar kampung. Kampung Lampion kini bukan hanya menjadi pusat produksi, tetapi juga destinasi wisata edukasi.


Persiapan Menyambut Imlek

Untuk menyambut Tahun Baru Imlek, Kampung Lampion juga berbenah dengan menghias jalan-jalan kampung menggunakan lampion hasil produksi mereka. Kampung ini dihiasi ribuan lampion berwarna merah dan emas yang menciptakan suasana khas Imlek. Tidak hanya itu, beberapa sudut kampung juga dihias dengan mural bertema Imlek yang menjadi spot foto favorit pengunjung.


Pihak pengelola kampung juga menggelar bazar lampion yang berlangsung hingga malam Imlek. Bazar ini menjual berbagai jenis lampion dengan harga mulai dari Rp50.000 hingga Rp500.000 per unit, tergantung pada ukuran dan tingkat kerumitannya. Selain lampion, pengunjung juga bisa membeli aneka kerajinan tangan lainnya, seperti kipas dan lentera mini.


Tantangan di Tengah Kesibukan

Meskipun permintaan meningkat, para pengrajin di Kampung Lampion menghadapi beberapa tantangan, seperti kenaikan harga bahan baku dan terbatasnya tenaga kerja. “Kadang bahan baku seperti kain satin sulit didapat karena banyaknya permintaan, sehingga harganya naik,” kata Siti Aminah.


Namun, semangat para pengrajin tetap tinggi. Mereka berkomitmen untuk menyelesaikan semua pesanan tepat waktu agar pelanggan puas. “Kami ingin menjaga kepercayaan pelanggan, karena kepuasan mereka adalah kebanggaan kami,” tambah Sugeng.


Harapan ke Depan

Dengan meningkatnya pesanan tahun ini, para pengrajin berharap Kampung Lampion semakin dikenal sebagai ikon budaya Kota Malang. Mereka juga berharap dukungan pemerintah dan masyarakat terus berlanjut, sehingga kampung ini bisa semakin berkembang.


“Kami ingin Kampung Lampion menjadi pusat lampion terbesar di Indonesia. Semoga tahun depan pesanan bisa meningkat lagi, dan kami bisa menghasilkan lebih banyak karya yang membanggakan,” harap Sugeng.


Kampung Lampion adalah contoh nyata bagaimana kreativitas dan kerja keras dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat. Menjelang Imlek, kampung ini tidak hanya menyebarkan keindahan lampion, tetapi juga semangat dan harapan untuk tahun yang lebih baik. Jika Anda sedang berada di Malang, jangan lupa kunjungi Kampung Lampion dan nikmati keajaiban seni yang mereka tawarkan.