Baby AE - Ali
bin Abi Thalib r.a. adalah Khulafaur Rosyidin ke 4, Khulafaur Rosyidin adalah pemimpin umat muslim setelah Rosululloh wafat. Ali bin Abi Thalib r.a. juga merupakan sahabat
sekaligus menantu Rosululloh s.a.w. Jadi, suami Fatimah Az-Zahra ini sudah
tidak diragukan lagi akan pengetahuan ilmu agamanya. Selain dikenal memiliki
banyak quotes yang indah tentang kehidupan, Ali bin Abi Thalib r.a. juga
dikenal memiliki cara memperlakukan cucu-cucu Rosululloh dengan sangat baik.
Cara memperlakukan Ali bin Abi Thalib r.a. ini perlu diketahui oleh orang tua
jaman sekarang, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Langsung
saja mari kita simak ulasan berikut ini.
Ali
bin Abi Thalib r.a. mengelompokkan cara memperlakukan anak menjadi 3.
1.
Kelompok 7 tahun pertama yaitu usia 0-7 tahun,
perlakukan anak sebagai raja.
Menurut
Ali bin Abi Thalib r.a., saat anak kita berusia 0-7 tahun sebaiknya kita memperlakukan
anak kita sebagai seorang raja. Maksutnya adalah, pada usia ini merupakan usia
bayi hingga anak-anak. Di masa ini, kita seharusnya memperlakukan anak dengan
penuh perhatian dan kasih sayang yang melimpah. Selain itu, kita juga berusaha
mencukupi semua kebutuhannya dan menjaganya dengan sepenuh hati. Kita juga
memaklumi kesalahan yang dia buat, akan tetapi tetap menunjukan kebenarannya
sebagai proses dia belajar. Kebahagiaan seorang raja merupakan kebahagiaan
rakyantnya juga, begitupun juga dengan perumpaan ini. Kebahagiaan seorang anak
adalah prioritas kita sebagai orang tua. Yang perlu diperhatikan adalah, memperlakukan
anak sebagai serorang raja bukan berarti memanjakannya lo. Namun, lebih kepada
bersikap sabar dan penuh cinta kasih dalam mendidiknya.
2.
Kelompok 7 tahun kedua yaitu usia 8-14 tahun,
perlakukan anak sebagai tawanan.
Selanjutnya
pada 7 tahun kedua, yaitu pada saat anak kita menginjak usia 8-14 tahun. Kelompok
kedua ini merupakan masa anak-anak hingga remaja. Menurut Ali bin Abi Thalib r.a.,
pada usia ini sebaiknya kita merlakukan anak kita sebagai seorang tawanan. Wah
ngeri ya? Hehe. Sekali lagi ini hanya perumpamaan saja. Jadi yang dimaksut
disini adalah, pada usia ini kita telah mengajarkan hak dan kewajiban pada anak.
Kita juga seharusnya mulai menanamkan sikap tanggung jawab pada hak dan
kewajiban tersebut. Di usia ini, kita sebagai orang tua bertugas mengawasi
setiap perilakunya. Seperti saat para polisi sedang mengawasi para tahanannya,
hehe.
Kita
juga harus bersikap tegas terhadap anak dalam segala hal, mulai dari
kewajibannya di sekolah, kewajibannya beribadah, dan kewajiban membantu orang
tua saat di rumah. Hendaknya, kita juga menerapkan aturan-aturan untuk mengawasi
pergaulannya. Apalagi di era seperti ini, pergaulan bebas terus menghantui setiap
orang tua. Dan hal yang paling penting di usia ini, yaitu orangtua menerapkan reward (penghargaan)
dan punishment (hukuman). Jadi, saat anak berbuat salah, kita sebagai orang tua tidak segan-segan
untuk memberinya hukuman. Namun, menghukum dengan cara yang mendidik pula tentunya. Hal itu dilakukan supaya anak mengetahui letak kesalahannya, merasa jera, dan tidak mengulangi
kesalahannya lagi.
Selain
hukuman, anak juga berhak menerima penghargaan lo. Hal ini yang perlu digaris
bawahi ya. Karena terkadang orang tua menganggap remeh hal ini. Pemberian
reward atau penghargaan untuk anak sangatlah penting. Penghargaan tersebut bisa berupa pujian saat dia telah melakukan hak dan kewajibannya dengan baik, atau dalam
bentuk hadiah saat dia meraih suatu prestasi. Penghargaan ini akan membuat anak
merasa lebih dihargai dan dicintai. Selain itu, jika diberi penghargaan saat
berbuat suatu kebaikan anak akan cenderung mengulangi kebaikan itu lagi dan
lagi.
3.
Kelompok 7 tahun ketiga yaitu usia 15-21 tahun,
perlakukan anak sebagai sahabat.
Nah,
kelompok ketiga ini saat anak berada di usia remaja-dewasa ya. Di masa ini, Ali
bin Abi Thalib r.a., berpendapat untuk memperlakukan seorang anak sebagai
seorang sahabat. Wah, setelah jadi tahanan kini jadi sahabatan ya hehe. Di usia
ini, orang tua memang seharusnya memperlakukan anak sebagi sahabtanya. Orang
tua mulai memberi kebebasan kepada anak untuk menentukan pilihannya sendiri,
selama itu positif kenapa tidak. Selain itu, orang tua juga seharusnya memberi rasa
nyaman kepada anak supaya dia bisa bersikap terbuka. Maksutnya adalah terjalin
hubungan yang akrab antara orang tua dan anak, sehingga anak merasa nyaman
bercerita apaun kepada orang tuanya. Tidak hanya hanya sekedar bercerita, namun
bisa juga bertukar pikiran seperti selayaknya seorang yang bersahabat.
Begitulah
parenting ala Ali bin Abi Tholib versi saya hehe. Mohon maaf jika ada perbedaan
penafsiran, karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Setiap
orang tua pastinya juga memiliki cara tersendiri dalam mendidik anaknya. Namun,
poin penting dalam mendidik anak adalah terus mengingat bahwa setiap anak itu
unik. Anak selalu dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Jadi kita sebagai orangtua bisa menyesuaikan cara mendidik anak yang sesuai dengan
anak itu sendiri.